Palembang, Pelita Sumsel – Gubernur Sumsel Herman Deru mengungkapkan keinginannya agar Sendang Dangku ikut berpartisipasi mengedukasi masyarakat mencegah Karhutla di Sumsel. Hal itu dikatakannya saat menerima Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Hijau & Kemitraan Pengelolaan Lanskap Ekoregion Prov. Sumsel (KOLEGA) dalam rangka melaporkan progress kegiatan pengelolaan Kemitraan Lanskap sembilang Dangku (KELOLA Sendang)
Gubernur Sumsel, di ruang tamu Gubernur Senin (26/11).
Menurut HD ia sangat miris mengetahui biaya memadamkan Karhutla yang nilainya mencapai triliunan rupiah. Oleh karena itu ia berinisiatif fokus pada proses pencegahan dengan melakukan pembinaan dan edukasi kepada masyarakat dengan melibatkan Sendang Dangku.
“Selama ini kita selalu bicara memadamkan tapi tidak pernah bicara bagaimana caranya agar ini tidak terjadi,” ujar HD.
Selain melibatkan banyak pihak mencegah Karhutla, HD juga berencana mengalihkan sebagian anggaran pemadaman Karhutla untuk kegiatan pembinaan. ” Polanya kita ganti anggaran untuk pemadaman kita ubah diperbanyak ke pembinaan,” ujarnya.
Dikatakan HD, Karhutla memang menjadi salah satu fokus perhatiannya karena berkaitan dengan dampak asap yang bisa ditimbulkan. Karhutla saat ini tengah menjadi pembicaraan pada event besar dan acara internasional sehingga bisa menjadi ancaman serius jika tidak segera ditangani.
“Selama ini kita selalu menyalahkan masyarakat saja, padahal mereka ini perlu edukasi dan pembinaan,” jelas HD.
Sementara itu terkait kedatangan Sendang Dangku, HD mengaku sangat tertarik dengan keberlangsungan tim yang sudah dibentuk. Meski batas waktunya tinggal sebentar lagi (Maret 2020) ia berharap tim ini memberikan perhatian yang besar pada masyarakat desa berkelanjutan.
“Setelah rapat ini silahkan laporkan kesimpulannya. Apa saja kendalanya informasikan ke saya biar kita selesaikan bersama,” ucapnya.
Di tempat yang sama Direktur Program KELOLA Sendang Dangku Prof.Dr. Dhamayanti Buchori menjelaskan project ini merupakan yang pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara yang berperan “menjahit” beberapa aspek dalam satu lanskap.
Project ini diakuinya sangat inovatif karena berusaha menunjukkan bagaimana pemerintah dengan privat sector dan komunitas bersama-sama mengelola kawasan landskap dengan intervensi pada beberapa aspek pembangunan berkelanjutan.
“Project kerja kami di antaranya di 2 kabupaten yakni Muba dan Banyuasin. Dari 2.6 juta hektar kami bekerja fokus di 21 desa yang membentang dari taman berbak Sembilang ke suaka marga satwa Dangku. Kami membangun model kemitraan bagaimana bisa konservasi hutan, mencegah Karhutla dan membangun bisnis yang sustainable serta membangun komunitas dan meningkatkan kesejahteran masyarakat dan restorasi pada lahan yang perlu direstorasikan,” jelasnya.
Keunikan lain project ini kata Dhamayanti adalah tata kelolanya yang ada dalam pemerintahan. Hingga saat ini diakui Dhamayanti cukup banyak yang telah dilakukan pihaknya. Capaoan 4 desa di antaranya Karang Agung dimana beberapa warga sudah mendapatkan SK Perhutanan Sosial. Kemudian bersama KLHK dan Sembilang melakukan penanganan perambahan, mendidik petani karet dan sawit yang ramah lingkungan.
” Ini pertama di dunia kita punya struktur yang jelas dan disupport oleh Pemerintah. Untuk kendala sejauh ini tidak ada. Di awal saja kita masih kesulitan memanage proses sebesar ini tapi itu sudah terlewati Keberhasilan ini tak lepas dsri bimbingan pemimpin Sumsel yang visioner,” ucapnya.(MDA)