Palembang, Pelita Sumsel – Women’s Crisis Centre (WCC) Palembang melakukan seminar daring refleksi perkembangan program advokasi HKSR dengan anggota Konsorsium Permampu Sumatera “Suara Perempuan Akar Rumput & Kelompok Pendukung untuk Komitmen dan Keberlanjutan Advokasi HKSR Perempuan di Sumsel, Senin (31/08).
Acara yang berlangsung 2 jam ini sejak pukul 10.00 WIB sampai 12.00 WIB ini menghadirkan suara perempuan akar rumput dampingan WCC Palembang, kelompok pendukung serta beberapa pihak yang telah bekerja sama di lapangan selama ini dimoderasi oleh Hj Lucia Wenny Ramdiastuti dengan beberapa pembicara, diantaranya Direktur WCC Palembang, Yeni Roslaini Izi dengan tema “Membangun & Manajemen Konsorsium untuk Penguatan Kepemimpinan Perempuan Akar Rumput”. Kemudian, Dr. Telly P. Ulviana Siwi, Msi., Psi (Perwakilan Dewan Pengurus WCC Palembang) dengan tema “Peran WCC Palembang untuk Pemenuhan Hak Perempuan dan Kepemimpinan Perempuan”, dan Yessy Ariyani (Koordinator Program WCC Palembang) mengangkat tema, “ Penguatan Ekonomi Perempuan & Kekuatan Kolektif Perempuan Akar Rumput dan Perempuan Muda”.
“WCC Palembang ini merupakan satu-satunya lembaga nirlaba yang sudah melakukan edukasi sedemikian rupa tentang HKSR secara konsisten, amanah, dan continuable (berkesinambungan), untuk itu kita perlu dukung”, ujar Weni.
Seminar ini juga menghadirkan beberapa pembicara lainnya, Marleni– Perwakilan Credit Union (CU) Kelompok “Maju Bersama” Desa Karsel Kec. Gelumbang Kab. Muara Enim, Sutarmi dan Susilawati- Perwakilan FKPAR Provinsi Sumsel, dan R.A. Ayu Nurul Furqon– Ketua Forum Perempuan Muda “GPCS” Kota Palembang.
Sejak tahun 2015 WCC Palembang telah melakukan advokasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) untuk perempuan di Sumatera Selatan. Ini dilakukan agar perempuan akar rumput (pedesaan, miskin kota, muda usia 12-20 tahun) mempunyai kekuatan kolektif dan kekuatan ekonomi untuk pemenuhan HKSR. Perempuan mendapatkan kemudahan akses dalam layanan HKSR yang mudah, cepat, tepat dan bermutu – PUSKESMAS/RS. Tujuan lainnya antara lain agar institusi keluarga, adat dan agama melakukan perubahan aturan adat dan tafsir/praktik agama terkait HKSR (FMS). Selain itu, pemerintah desa dan kabupaten/kota membuat kebijakan untuk pemenuhan dan perlindungan HKSR.
“Seminar daring ini menjadi arena untuk mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang selama 5 tahun ini telah mendukung melaksanakan program ini”, ujar Yeni.
Selama 5 tahun terakhir, WCC Palembang tidak berhenti pada tingkat pemahaman/penyadaran, tetapi bagaimana perempuan di tingkat akar rumput ini bisa terlibat aktif, bersuara apa yang didapat selama ini sehingga terjadi perubahan.
“Perubahan itu kita lihat mulai dari dirinya sendiri, perubahan di tingkat keluarga, masyarakat, dan lebih luas lagi perubahan di tingkat pemerintah. Kami sudah melihat itu, misalnya perubahan di tingkat pemerintah, di pemerintah desa sudah ada lokasi untuk tes IVA”, kata Yeni.
Berdasarkan data akhir Juni 2020, angka indikator keberhasilan WCC Palembang telah terbentuk 7 kelompok ekonomi yang diikuti oleh total 190 anggota perempuan.
Sepanjang Januari hingga Juni 2020, jumlah perempuan muda yang aktif dan dilatih dari, ada 50 orang dari OKI dan Palembang, anggota dan pengurus FMS yang aktif 57 perempuan dan 19 laki-laki, jumlah femokrat 25 orang, jumlah perempuan korban KTP yang ditangani langsung 62 kasus,
jumlah perempuan yang difasilitasi mengakses layanan kesehatan 59 orang dan jumlah tokoh agama yang difasilitasi 22 perempuan dan 38 laki-laki. (jea)