Kapan Palembang Lahir ? Sejarawan ini Ungkapkan Fakta Mengejutkan

waktu baca 2 menit
Senin, 17 Jun 2019 15:56 0 228 Admin Pelita

Palembang, Pelita Sumsel – Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Palembang ternyata masih di perdebatkan, antara tanggal 16 Juni 682 atau 17 Juni 683. Dua perbedaan mencolok antara tanggal dan tahun

Sejarawan Palembang, Kemas Ari Panji mengatakan hal itu, saat bincang santai di posko Komunitas Pencinta Antik Sriwijaya (KompakS) Palembang.

“Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan Haji Jahri, menjadi acuan tahun lahirnya kota Palembang, sedangkan tanggal lahirnya ditetapkan pada SURAT KEPUTUSAN WALIKOTA KDH KOTAMADYA Nomor 57/UM/WK Tanggal 6 Mei 1972,” ungkap Sejarawan Palembang, Kemas Ari Panji Senin (17/6)

“Tahun lahirnya diambil dari Prasasti Kedukan Bukit, namun tanggal lahirnya di ambil dari keputusan, nah kan bingung,”

Dijelaskan Kemas Panji, dua acuan ini sebenarnya kalau secara logika begitu membingungkan karena kalau merunut berdirinya kota ini pada prasasti Kedukan bukit jelas tertulis 16 Juni 682 Masehi, namun  melalui keputusan walikota tersebut tanggal 17 Juni 683.

“Sebenarnya, saya sudah hampir 4 tahun ini menyuarakan hal itu, saya berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, mau duduk bersama akademisi, arkeolog dan sejarawan, membahas hal ini,” ungkap Ari.

Sementara itu, Epigrafi Badan Arkeologi Sumatera Selatan, Dr. Wahyu Rizky Andhifani, menjelaskan prasasti tersebut Intinya sebuah perjalanan suci(?) dari sebuah dari bernama Minanga/Mianga(?) ke sebuah tempat bernama Mukha Upang (muara sungai upang/muara desa upang) dan melanjutkan perjalanan ke Palembang.

“Kalau merujuk pada Prasasti Kedukan Bukit memang tanggalnya 16 Juni tahun 604 atau 682 Masehi,” kata Wahyu saat dihubungi.

Dr. Wahyu mengatakan Epigrafi itu adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai benda – benda tertulis pada masa lampau sebagai bagian dari peninggalan sejarah dan Epigrafi merupakan cabang dari ilmu arkeologi.

“Contohnya adalah bangunan kuno, nisan artefak-artefak serta prasasti,” urainya.

Sementara itu Ketua Komunitas Pencinta Antik Sriwijaya (KompakS), Hermeyudi mengungkapkan, kekhawatirannya tentang kejadian tersebut yang sudah sekian lama dikonsumsi oleh masyarakat Palembang, terlebih bagi anak – anak yang ingin tahu sejarah kotanya.

“Berbeda tanggal itu fatal, kalau seandainya keputusan Walikota itu merupakan hasil diskusi pada masa itu, ada baiknya Pemkot Palembang meninjau kembali keputusan itu,” tutupnya.(yf)

LAINNYA