Jakarta, Pelita Sumsel – Pengembangan ekosistem kewirausahaan berbasis digital merupakan salah satu strategi pemulihan ekonomi di masa pandemi. Untuk tetap survive, diperlukan upaya membangun kesadaran yang tinggi kepada para pelaku entrepreneur dan UMKM agar bisa beradaptasi dengan kecanggihan teknologi dalam memperluas pasar ke seluruh Indonesia bahkan global.
Dilatarbelakangi hal itulah PP UMINDO menggelar Webinar via Zoom dengan Tema “Strategi Membangun Entrepreneur Tangguh Berbasis Digital” Sabtu, 14 Agustus 2021.
Dengan menghadirkan sejumlah narasumber antara lain, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, Asisten Deputi Pengembangan TI dan Inkubasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Christina Agustin, Ketua Center For Strategic Entrepreneurial Leadership UI Roy Darmawan, serta Founder dan CEO Aku Cinta Memiles (ACM) Tarachan Mirchandani.
PP UMINDO Alisya Fianne J Sanger yang juga bertindak sebagai moderator pada webinar ini mengatakan, ekosistem kewirausahaan berbasis digital memberikan kemudahan transaksi antara penjual dan pembeli yang cepat, murah, dan real time. Namun sebelumnya harus tercipta pelaku entrepreneur dan UMKM yang handal, maju, dan profesional.
“Dalam rangka menghasilkan produk-produk UMKM yang unggul dibutuhkan perluasan kapasitas melalui inkubasi kewirausahaan, baik dalam bentuk peningkatan kualitas SDM, peluasan pasar, akses permodalan, dan juga didukung perlindungan atau regulasi oleh kementerian atau lembaga terkait,” kata Alisya.
Pemerintah melalui kementerian dan lembaga terkait, lanjut Alisya, juga harus menggenjot pertumbuhan jumlah entrepreneur dan pelaku UMKM nasional dalam rangka membuka lowongan pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan, dan tentunya berkontribusi terhadap perekonomian bangsa dan negara.
Sejalan dengan itu, PT Aku Cinta Memiles (ACM) juga terus melakukan upaya pengembangan terhadap UMKM agar bertransformasi ke digital. Berbagai fitur lewat aplikasi meMiles telah disiapkan guna mendukung ekosistem kewirausahaan berbasis digital.
Sebagaimana diutarakan Founder dan CEO ACM Tarachan Mirchandani yang melihat permasalahan brain dan perluasan pasar menjadi kendala utama yang dihadapi UMKM di Indonesia. Untuk itu pihaknya mempersiapkan sistem yang dapat membantu UMKM mengatasi persoalan tersebut.
“Kalau kita bicara platform iklan ada puluhan atau ratusan yang sekarang berjalan, termasuk ecommerce business, juga termasuk marketplace dan yang lain-lain. Tapi meMiles bukan sekadar platform iklan, meMiles mendorong produk-produk UMKM di Indonesia berinovasi dan berkreasi terhadap produknya sendiri untuk bisa dijual pada masyarakat maupun nanti pada ekspor mancanegara,” terang Tarachan.
UMKM didorong untuk berkreasi dan berinovasi terhadap produk yang akan dijual, karena menurut Tarachan, kreativitas dan inovasilah yang akan memperluas pasar UMKM tersebut. Oleh sebab itu, meMiles telah menyiapkan setidaknya 9 fitur yang akan menunjang perluasan pasar UMKM.
“meMiles punya 9 fitur, salah satunya dengan membuatkan video produk yang profesional, ini akan membantu para pelaku UMKM dalam mempromosikan produk mereka dalam bentuk video promosi yang profesional yang sangat berpotensi meningkatkan penjualan dan omset,” kata Tarachan.
Fitur-fitur lain yang disiapkan meMiles diantaranya adalah fitur endorsement dengan melibatkan para artis atau selebriti, juga tokoh masyarakat dalam memasarkan produk UMKM. Kemudian ada fitur yang secara khusus mereview produk-produk yang akan dijual. Lalu meBazar, di mana meMiles menyiapkan lapak bagi penjual yang bisa diakses 24 jam gratis, serta fitur yang memberikan kesempatan bagi calon pembeli untuk mengetahui lebih detail produk yang akan dibeli.
Solusi Adaptif di Tengah Pandemi
Sementara itu, Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi melalui Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan, kewirausahaan berbasis digital menjadi salah satu solusi adaptif di tengah pandemi, agar perekonomian tetap tumbuh dan protokol kesehatan tetap terjaga.
“Situasinya kan saat ini masih rebutan antara kesehatan dan ekonomi ini saling rebutan, kita terus membuat kebijakan yang seimbang, oleh karena itu momentum kemarin tanggal 10 sampai 16 kita uji coba untuk memperkuat sektor konsumsi yang pengaruhnya cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi terhadap pandemi,” kata Oke.
Ekonomi berbasis digital bisa membantu keseimbangan antara prioritas kesehatan dan ekonomi, namun Oke tak memungkiri terdapat beberapa tantangan yang dihadapi UMKM di masa pandemi ini. Seperti adanya penurunan penjualan, yang salah satunya diakibatkan oleh turunnya permintaan. Juga terkendala pemenuhan bahan baku atau tantangan dalam proses produksi karena banyak tenaga kerja yang dirumahkan. Kemudian distribusi yang terhambat di tengah pemberlakuan PPKM dan akses permodalan atau pembiayaan.
“Akses permodalan, pembiayaan, walaupun tadi pemerintah sudah berupaya dengan berbagai kebijakan untuk mempermudah akses permodalan, rupanya tadi ada berbagai hambatan yang menjadikan akses permodalan atau pembiayaan itu tetap belum nyampe, bisa saja secara administrasinya atau tadi pelaku usaha juga tidak berani untuk mengakses karena usahanya penuh tidak kepastian,” beber Oke.
Untuk itu, Kementerian Perdagangan akan melakukan berbagai upaya dengan mengeluarkan berbagai kebijakan terkait kewirausahaan dan merevisi sejumlah regulasi. Yang secara garis besar memastikan hadirnya negara dalam memperkuat daya saing para pelaku usaha kecil dan mendorong agar tetap dapat seiring sejalan dengan pelaku usaha besar.
“Nah salah satu upaya yang akan dilakukan Kementerian Perdagangan dalam bertumbuhnya ekonomi digital di dalam negeri adalah kita akan melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan yang ada yaitu Peraturan Menteri Perdagangan 50 Tahun 2020 tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, Pengawasan Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik,” ungkap Oke.
Penyempurnaan regulasi ini diharapkan terciptanya keadilan perlakuan, baik antar pelaku usaha luar negeri dan dalam negeri, maupun antar pelaku usaha di dalam negeri itu sendiri. Pun memastikan perdagangan yang sehat dan adil, memastikan perlindungan konsumen, dan sebagainya.
“Jadi penyempurnaan kebijakan tersebut segera dan itu menjadi urgensi agar bisa tercipta keadilan perlakuan antara pelaku usaha di dalam dan luar negeri, pelaku usaha formal dan informal harus seimbang. Selain itu kita juga harus menghadirkan perlindungan nasional, bisa penguatan pelaku usaha, penguatan produk dalam negeri, serta yang pasti karena pasarnya banyak yang masuk dalam negeri maka pemerintah harus hadir dalam upaya memberikan perlindungan terhadap konsumen,” demikian Oke.
Di sisi lain, Asisten Deputi Pengembangan TI dan Inkubasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Christina Agustin mengungkapkan empat isu kewirausahaan nasional yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi kewirausahaan di Indonesia.
Pertama, rendahnya pendidikan atau pengenalan kewirausahaan sejak dini. Kedua, kurangnya ekosistem kewirausahaan yang membantu UMKM mengadopsi teknologi dari usaha yang lebih besar. Ketiga, Indonesia memiliki tingkat kesempatan berusaha yang tinggi namun keberlanjutan usaha yang rendah. Keempat, berdasarkan Global Entrepreneurship Index (GEI), Indonesia peringkat 74 dari 137 negara dengan nilai 26, setara dengan Vietnam.
“Ini adalah peluang bagi kita untuk bangkit saat ini dan saya yakin dengan kolaborasi dan kerja sama kita semua ini bisa kita lampaui,” ujar Christina yakin.
Kementerian Koperasi dan UKM sendiri pada tahun 2024 nanti menargetkan 30 juta UMKM onboarding digital, 500 koperasi digital, dan kontribusi ekspor UMKM 17,6 persen. Untuk itu berbagai pendekatan dan program telah dilakukan dengan berkolaborasi antar lintas kementerian, lembaga, instansi, dan swasta.
Peluang Bisnis di Tengah Krisis
Entrepreneur yang tangguh akan melihat selalu ada peluang bisnis untuk kembali di tengah krisis, demikian disampaikan Ketua Center For Strategic Entrepreneurial Leadership UI Roy Darmawan. Bahkan, krisis tersebut dimaknai sebagai hadiah dari Yang Maha Kuasa untuk lebih aware, lebih survive, dan lebih adaptif dalam menghadapi tantangan.
“Khususnya transformasi digital yang merupakan perubahan dalam level hard, tidak bisa lepas dari cara pandang di level soft yang melihat dari segala hal dengan positif dan mengutamakan entrepreneur mindset,” sampainya.
Roy pun memetakan seseorang yang memiliki mindset entrepreneurial itu dengan lima ciri. Pertama, memandang bahwa kesempatan itu dapat datang tiba-tiba dan juga dapat hilang secara tiba-tiba. Dia mencontohkan sekaligus mengingatkan dari hal terkecil seperti ketika kita ditelepon jangan sampai diangkat melebihi dua panggilan.
“Ingat kesempatan dapat datang tiba-tiba dan dapat hilang secara tiba-tiba, ini berlaku di dalam dunia bisnis, termasuk ketika ada seorang relasi menelepon kita, saat ini saya melihat banyak orang ketika ditelepon sampai tiga kali tidak diangkat dan tidak ditelepon balik, padahal itu penting dalam dunia wirausaha, karena berlaku hukum kesempatan itu dapat datang tiba-tiba dan juga dapat hilang secara tiba-tiba,” Roy mengingatkan.
“Yang kedua, selalu melihat, selalu tidak terpatahkan, unstoppable, tidak mudah dipatahkan oleh keadaan apapun. Ketika jatuh dia bangkit, jatuh lagi bangkit lagi, jatuh lagi bangkit lagi, jatuh lagi bangkit lagi, ini sangat diperlukan bagi seorang entrepreneur, khususnya di dalam era digital, belajar dari situasi saat jatuh untuk kemudian bangkit lagi,” sambungnya.
Lebih lanjut Roy tegaskan, seorang entrepreneur tangguh juga selalu melihat dengan visi baru. Kemudian bisa melakukan adaptabilitas, open minded dan menerima saran-saran, serta mampu menyesuaikan diri dalam ‘berselancar’ di tengah kecepatan teknologi.
Ditambahkan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UKM Rudy Salahudin bahwa pemerintah telah menyiapkan strategi kegiatan pengembangan kewirausahaan. Mulai dari meningkatkan kapasitas usaha dan akses pembiayaan bagi wirausaha, meningkatkan penciptaan peluang usaha dan start-up, dan meningkatkan nilai tambah usaha sosial.
“Yang ditunjang dengan pelatihan kewirausahaan bagi wirausaha pemula termasuk bagi generasi muda, inkubasi usaha, penguatan kapasitas layanan usaha, pengembangan sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM), dan penyediaan insentif fiskal,” kata Rudy.
Tak hanya itu, dukungan program kewirausahaan pemerintah juga meliputi program literasi digital dengan target 9 juta orang talenta digital yang mendukung transformasi digital Indonesia. Kemudian program pengembangan digital talent, mulai dari Basic Skill-Digital Literacy untuk masyarakat umum sebagai sarana pemanfaatan teknologi digital untuk aktivitas ekonominya, Intermediate Digital Skill bagi pekerja level teknisi dan profesional, dan Advanced Digital Skill untuk tingkat mahir (Sektor Publik dan Swasta). (Rill)