Palembang, Pelita Sumsel – Tantangan media saat ini cukup kompleks, disisi lain media harus bertahan untuk menjadi salah pilar pembangunan bangsa. Media dan Wartawan harus berfungsi sebagai edukatif bagi masyarakat
Wakil Ketua Dewan Pers, Hendri CH Bangun saat sharing dengan media dan wartawan di Diskusi Ngobrol Pintar (Ngopi) PWI Sumsel di Gedung PWI Sumsel Jalan Supeno Palembang Minggu (10/11) mengungkapkan bahwa tidak dapat dipungkirkan bahwa banyak media-media yang tutup karena terempas dari persaingan
“Kami di Dewan Pers banyak sekali tantangan untuk kedepan, dan harus di pilah-pilah. Sekarang ini pertanyaan besar apakah dunia pers akan tetap hidup, media cetak katanya sudah mendekati ajal, tinggal kapan matinya, sedangkan Media Siber, media siber juga sebetulnya hidup setengah mati, tidak seperti dibayangkan,” paparnya
Dikatakan, Itu semua karena terjadi era disruption, yang diketahui disruption itu, tapi tidak menyadari apa yang kan menjadi akibat yang akan terjadi pada era disruption.
Inovasi disruptif adalah inovasi yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu tersebut
“Contoh di Amerika pada juni tahun ini saja sudah 3000 wartawan yang jadi pengangguran, pernah terjadi sebelumnyapada tahun 2009 ada 7900 wartwan di PHK, penyebabnya apa?, penyebabnya media-media utama tidak mampu menghidupi dirinya, bangkrut, kita sudah pernah dengar tinggal googling saja,” ungkapnya
Sebelumnya mereka dapat kue iklan mahal wajar kalau bisa mensejahterakan wartawan, tapi sekarang media media utama iti tidak sanggup untuk menggaji wartawan karena kue iklan tidak semahal seperti dulu.
“Karena era discrustion ini membuat media media cetak mendekati mati, walaupun masih ada yang bertahan namun saat ini orang tinggal digemgaman, sekarang tantangan lain media siber, media siber mau ngapain, karena media siber di Indonesia hidup tanggung-tanggung, kapasitas hidup media media siber hidupnya kurang gizi, atau stunting,” ungkapnya
Jika mengandalkan hidup dengan kerjasama dengan pemerintah seberapa besar untuk menghidupkan wartawan namun jika ingin berbeda dengan media lain harus meningkatkan kualitas dan ekslusif.
“Media siber bisa hidup Apabila memiliki liputan ekslusif, memiliki liputan investigatif, yang berbeda dengan yang lain, tapi untuk mencapai hal itu perlu SDM yang mumpuni, namun hal itu perlu biaya, jika pendapatan media tersebut hanya 30 juta mau gaji wartawan berapa, inilah masalahnya” katanya
Untuk saat ini tantangan media dan pers harua mengubah isi yang lebih mengunakan pola pendekatan ekspersif dan mengunakan hal yang berbeda.
Sementara itu, dosen Fisip Unsri, Dr Andreas Lionardo, MSi menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini kualitas seorang wartawan.
Menurut Andreas, sudah saatnya wartawan harus beralih menulis berita berdasarkan data yang valid. Hal ini penting agar media massa baik cetak, elektronik, dan media online tetap hidup.
“Wartawan harus memiliki kemampuan statistik dan memiliki big data. Ini penting agar pembaca disuguhi berita yang benar-benar memiliki data,” katanya
Ketua PWI Sumsel, Firdaus Qomar mengatakan kegiatan ini untuk memberikan wawasan bagi para wartawan demi peningkatkan kualitas wartawan di Sumsel
“Dalam rangka pencerahan bagi wartawan untuk membahas isu isu seputar dunia, baik nasional dan nasional, kali ini kita membahas soal Tantangan dan Peluang pers Indonesia,” pungkasnya (yf)