Palembang, Pelita Sumsel – Sumatera Selatan butuh pusat studi Sriwijaya untuk merawat peradabah Sriwijaya yang dinilai kontroversial.
“Sampai saat ini Sumsel belum memiliki ini padahal Sumsel dikatakan pusat Sriwijaya, ironis kan,”tegas Taufik Wijaya Penggiat Literasi Sejarah Lingkungan di Sumsel.
Menurutnya regenerasi literasi soal Sriwijaya Stagnan bahkan cenderung menurun. “Ini yang harus dijawab bukan soal Sriwijaya fiktif atau tidak, “katanya.
Sementara, menyangkut masalah Literasi, Maspril Aries seorang penggiat Literasi dan Mantan Wartawan Republik menjelaskan saat ini Kita sudah kehilangan mata pelajaran sejarah dan sekarang pelajaran itu digabung dengan muatan lokal.
“Kalau itu memang ada di muatan lokal kenapa tidak di masukkan tentang sejarah yang ada di Palembang difokuskan dengan membesarkan Sriwijaya,”kata Dia.
Menurutnya, Itu bukan hanya dalam kelas, tapi bisa juga bisa diluar kelas seperti mengunjungi museum Taman Purbakala Kerjaan Sriwijaua (TPKS).
“Jadi harus didorong seperti itu,” ujarnya.
Kemudian soal Pusat Studi Sriwijaya, ini harus didorong untuk dikembangkan ke level kebijakan politik misalkan level perda khusus yang menyangkut Pusat Studi Sriwijaya.
“Studi ini untuk mengembangkan Fisik Sriwijaya sehingga menjadi nyata di Sumsel seperti apa sih, Milenial yang suka wisata kan butuh ini. Majapahit jelas kerajaannya, Sriwijaya bagaimana, “tegas Maspril.
Sementara, Anggota DPRD Sumsel terpilih RA Anita Noeringhati menilai ini bisa jadi masukan serius DPRD untuk jadi pembahasan dan masukan ke Pemprov dengan spirit bersama.
“Polemik Sriwijaya fiktif dan Nyata bisa diambil hikmah agar kita berbenah apalagi Sumsel ikon Sriwijaya,”katanya. (yf)