Ogan Ilir, Pelita Sumsel – Jasa para pendiri organisasi kemahasiswaan dan Kepemudaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang lahir dari gagasan besar para pendiri tepatnya 5 Februari 1947 di Sekolah Tinggi Islam (STI) kini menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, merupakan menjadi kebanggan bangsa, organisasi dan keluarga. Karena hingga kini masih memainkan peran dan kifrahnya.
HMI lahir dimotori oleh Lafran Pane, Suwali, Kartono Zarkasyi, Dahlan Husein, Siti Zainah Alatas, Maisaro Hilal, Yusdi Ghozali, Mansyur, M Anwar, Hasan Bari, Marwan dan Zulkarnain.
Hal itu disampai Saiful Islam mewakili keluarga dan tokoh HMI pada rangkaian Jalan Sehat Nasional (JSN) Palembang 2019, saat melakukan ziarah ke makam para pendiri HMI Dahlan Husein, Siti Zainah Alatas yang ada di desa Tanjung Atap, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir (OI) Minggu (5/2).
“Diusia ke 72 Tahun, kifrah dan perannya dalam kehidupan bangsa, baik dimasa perjuangan dan pembangunan membuktikan bahwa HMI mempuyai andil besar bagi bangsa ini.” ucapnya
Senada, Sudirman Dahlan putra dari ayah maupun Dahlan Husein dan Siti Zainah mengatakan bahwa kedua orang tuanya sama-sama pendiri HMI yang kala itu kuliah Sekolah Tinggi Islam (STI) sekarang menjadi Universitas Islam Indonesia UII, Jogjakarta. Keduanya merupakan pibadi yang santun, memberikan tuntunan bagi keluarga menjadi bagian dari tokoh pendiri HMI. Juga tauladan dan kebanggaan bagi keluarga, organisasi dan bangsa. Hal yang sama juga disampaikan oleh Saiful Islam. “Untuk itu kita harus menjaga marwah organisasi”, jelasnya.
“ Alhamdulillah tokoh asal Palembang, Sumsel dan Jogjakarta ini merupakan pasangan suami istri yang mengbil peran dan pelaku sejarah besar HMI di masa sulit, kala itu.” sambungnya
Testimoni disampaikan juga oleh Azimi Asnawi mantan Ketua Umum HMI Cabang Palembang periode 1994-1995. Bahwa Dahlan Husein dan Siti Zainah pribadi yang bersahaja. “Saya beruntung sempat ketemu kedua pasangan aktifis HMI itu, Beliau berdua orang santun, menyenangkan dan mengayomi. Kami juga sempat mendampingi Prof Dr Agussalim Sitompul, sejarawan HMI yang datang dari Jogjakarta untuk wawancara dalam rangka penulisan histografi HMI, ujar putra desa Tanjung Atap ini,” ceritanya
Oleh karena itu,lanjut Azimi, pemikiran keislaman, keilmuan dan kebangsaan yang melatarbelakangi berdiri dan independensi HMI ini jangan sampai ‘diseret-seret ke dalam politik praktis.
“Karena itu cita-cita, niat dan perjuangan luhur ke Indonesiaan dan ke Islaman. Mari kita rawat marwah organisasi dan cita-cita luhur para pendiri itu,” ajaknya.
Sudirman, pun berterima kasih kepada keluarga besar Korp Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) Sumsel, para SC dan OC JSN hadir Syaiful Islam, Heny Susanty bersama kepanitian, tokoh alumni lainnya. Ziarah dilakuan dalam rangkaian JSN dan bertepatan dengan milad HMI ke 7e. Ziarah dengan rangkaian mengirim fatihah, yasinan dan mendo’akan pendiri HMI. Dilanjutkan pula ziarah kemakam KH Syekh Buchori Bin Pandak, KH Muhamad Ali pendiri Ponpes Nurul Yaqin. Berkunjung ke kediaman keluarga Dahlan Husein, napak tilas serta silaturhami dengan keluarga Yusron Rifa’i tokoh masyarakat dan keluarga alumni HMI di Tanjung Atap. (AZM)