Banyuasin, Pelita Sumsel – Keputusan advokat senior, Yusril Ihza Mahendra menjadi lawyer bagi Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Pilpres 2019, berpengaruh terhadap pemilih muslim di Sumatra Selatan. Mereka kini ramai-ramai mendukung Jokowi-Ma’ruf untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Zainal Muttaqin salah satunya, warga Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan. Pria yang mengaku pernah ikut aksi 212, juga pada pilpres 2014 lalu ikut memenangkan Prabowo, jelang Pilpres 2019 sempat bingung memilih siapa, tetapi setelah Yusril menjadi Lawyer bagi Jokowi-Ma’ruf, ia sekarang mantap mendukung pasangan ini.
“Jujur, saya ikut waktu demo 212 itu. Tetapi, bagi saya tidak ada hubungannya 212 dengan dukungan ke Prabowo. Tidak ada keharusan seolah yang ikut demo dahulu tidak boleh memilih Jokowi. Kini setelah Prof. Yusril jadi pengacar pasangan 01 saya bulat menangkan Jokowi,” ujar Zainal saat diwawancarai di Banyuasin, Selasa (06/11/2018).
Menurutnya, bergabungnya Yusril menjadi Lawyer Jokowi-Ma’ruf telah mencerahkan dirinya dalam menentukan pilihan di Pilpres 2019. Selain itu, ia juga melihat di kubu Jokowi ada sosok kiyai Ma’ruf yang sangat disegani. Zainal yang mengaku simpatisan PBB dan keluarganya akrivis Masyumi membutuhkan figur yang serupa dirinya, bagaimana memutuskan bersikap di pilpres sekarang. “Kini ketum PBB malah menjadi pengacara pasangan Jokowi-Ma’ruf, jelas sudah kemana saya bisa berlabuh,” ujarnya.
Zainal mengaku sudah sejak mahasiswa ia mengagumi Yusril, karena ia kuliah di jurusan hukum, jadi tindak-tanduk figur yang dikaguminya itu akan diikuti sepanjang dipandang benar. “Kalau figur sekelas Prof. Yusril saja mau jadi pengacara Jokowi-Ma’ruf, masa kita mau netral-netral saja,” pungkasnya.
Sementara itu, Azim warga Banyuasin yang lain, mengaku akan ikut berjuang memenangkan Jokowi-Ma’ruf setelah mengetahui bahwa capaian hasil pembangunan Jokowi selama 4 tahun terakhir dirasa mantap. Yang paling spektakuler menururnya adalah menurunnya angka kemiskinan hingga 9,82 persen. “Itu jelas prestasi luar biasa. Pertama kali dalam sejarah Indonesia, kemiskinan berada di bawah 10 persen,” ujarnya. (ril)