Gambar_Langit Gambar_Langit

Gertakin Sumsel Kenalkan Bisindo Di KIP Palembang.

waktu baca 2 menit
Minggu, 23 Sep 2018 11:38 0 152 Admin Pelita

Anggota Gertakin Sumsel, memberikan pelajaran Bisindo pada masyarakat

Palembang, Pelita Sumsel – Ratusan Tuna Rungu yang tergabung didalam Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gertakin) Sumsel memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional yang jatuh pada tanggal 23 September dan pekan tuli Internasional 23 – 30 September 2018, di Kambang Iwak Park (KIP) Palembang, minggu(23/9).

Dengan tema dengan bahasa isyarat semua orang terlibat, Ketua Gertakin Sumsel, Iwan Octarianto Lubis, mengharapkan penggunaan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) di sumatera Selatan, bisa berkembang dan memasyarakat.

“Bisindo adalah bahasa kita untuk berkomunikasi dan berinteraksi, sayangnya bahasa ini kebanyakan masyarakat belum tahu, sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan kami dan kami juga menyadari hal itu,” ujar Iwan saat dipandu relawan penerjemah bahasa.

Iwan menambahkan, sebenarnya ada problem lain yang harus di angkat dalam peringatan kali ini, yakni Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI), yang telah dibakukan dan diresmikan oleh KEMEDIKBUD (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan), sebagai bahasa isyarat nasional, terasa menyulitkan kaum tuli untuk berinteraksi karena selain kurang bermasyarakat, nyatanya SIBI sendiri terasa sulit dipahami bagi siswa yang mengenyam pendidikan formal untuk anak tuli.

“Di Indonesia dalam komunikasi tuli terdapat Sistem Bahasa Isyarat (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo). Perbedaannya secara teknis dalam komunikasi SIBI menggunakan abjad sebagai panduan bahasa isyarat tangan satu, sementara Bisindo menggunakan gerakan kedua tangan,” urainya.

Iwan melanjutkan, dalam peringatan kali ini, selain berkampanye mengelilingi Kambang Iwak, Pihaknya juga memberikan pendidikan belajar singkat Bisindo bagi masyarakat umum, yang dipandu dari rekan-rekan Gertakin Sumsel.

“Saya dan teman-teman Gertakin berharap, Bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) harus menjadi bahasa isyarat resmi yang digunakan kaum tuli atau tuna rungu,”pungkasnya.

LAINNYA