Cerita Proklamasi di Palembang

waktu baca 9 menit
Sabtu, 18 Agu 2018 12:21 0 364 Redaktur Pelita Sumsel

Oleh:
Kemas A.R. Panji (UIN Raden Fatah Palembang)

Bangsa Indonesia Memproklamasikan Kemerdekaannya pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945, di Jln. Pegangsaan Timur 56 Jakarta, di bawah pimpinan Sukamo-Hatta. Proklamasi ini telah melahirkan sebuah negara baru, yang membentang dari Sabang sampai Merauke, dan dari Miangas sampai sampai Pulau Rote. Teks Proklamasi yang dikumandangkan dengan kalimat inti yang menyatakan ”Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia…”, adalah salah satu pekikan dimulainya revolusi Indonesia. Pernyataan revolusioner itu menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sudah lama dirampas oleh pihak penjajah (Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang). Kini bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaanya, tanpa izin dan pengakuan dari pihak penjajah. Membawa letusan revolusi dan perjuangan diplomasi yang tidak dapat dielakkan. Pernyataan proklamasi itu cepat menjalar kemana-mana di Indonesia, dan dalam waktu singkat keseluruh dunia melewati kantor berita Jepang Domei di Jakarta (sekarang kantor berita antara). Di jawa, berita proklamasi langsung diketahui pada tanggal 17 dan 18 Agustus, sehingga revolusi segera dilancarkan. Beberapa daerah terlambat memperoleh berita proklamasi itu, seperti di tamate baru pada bulan September (kelompok Arnold Monotutu), di Kupang pada November (kelompok Koroh-I. H. Doko Tom Pello), di Padang juga pada bulan November, Selanjutnya muncul pertanyaan, Kapan dan bagaimana Proklamasi di Palembang?.

Di Palembang, kelompok A.K. Gani cepat mendengar berita proklamasi, informasi proklamasi diterima oleh Gani dari Mailan dan Nungcik AR. yang bekerja di “Palembang Shimbun”. Gani tidak membuang-buang waktu, Pada tanggal 18 Agustus Gani mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh penting untuk membicarakan langkah-langkah yang perlu diambil untuk menyambut Proklamasi di Palembang pada khususnya, dan di Sumatera Selatan pada umumnya. Gani telah memperhitungkan segala kemungkinan yang akan timbul. Pada kesempatan itu, ia langsung mengintruksikan pada para pemuda agar bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan pengambil alihan kekuasaan dari Jepang yang sudah menyerah.

Rapat itu dilanjutkan lagi keesokan harinya, 19 Agustus, dalam forum yang lebih luas. Kali ini A.K. Gani yang menyelenggarakan rapat dirumahnya di Jalan Kepandean No. 17 (rumah perjuangan ini, saat ini telah dipindahkan di Jalan Merdeka), menghadirkan para eksponen Gyugun. Menurut H.M. Danny effendi (Kolonel Purnawirawan), sesuai hasil rapat malam itu, ia bersama teman-temannya, H. Matcik, H. Achlawi, H. Suhaimi dan Wir berkumpul di rumah H. Matcik di Sungai Tawar dan berhasil membentuk organisasi perlawanan di Palembang. Namanya “Mata Ronda”. Sasaran Mata Ronda ialah mengibarkan Bendera Merah Putih di menara Masjid Agung pada subuh 20 Agustus. Aksi terusannya mencari senjata milik Jepang baik dengan diplomasi, pembelian ataupun dengan rampasan. Selain itu aksi Mata Ronda bertujuan untuk mengobarkan semangat rakyat Palembang.

Dokumentasi Foto: Koleksi Museum Pahlawan Nasional Mayor Jenderal (Purn) dr. A.K. Gani.

Kegiatan A.K. Gani dan para eks Gyugun serta para pemuda rupanya tercium oleh pihak Jepang. Mula-mula pemerintahan Jepang yang ada di Palembang masih malu-malu mengatakan situasi yang sebenarnya, bahwa Tenno Heika sudah menyerah pada Sekutu. Namun akhirnya Jepang terpaksa membuka diri kepada Gerakan A.K. Gani, dkk. Pada 22 Agustus, pimpinan Jepang mengundang para pembuka politik di Palembang untuk datang di rumah Cokan Myako Tosio. Pimpinan Jepang hadir disitu, selain tuan rumah, ialah Matsubara, Syumoboco, Tokkokaco yang kelihatan sangat bersedih atas kekalahan Jepang kepada tentara sekuta dibawah komando Amerika Serikat.

Kepada tokoh-tokoh pPalembang saat itu, hadirin antara lain; Dr. A.K. Gani, Abdul Rozak, Nungeik AR., Raden Hanan, Assari, Ir. lbrahim, Bay Salim (ayahnya Prof. DR. Emil Salim), H. Cikwan, Salam Paiman, Parmono. Mengatakan bahwa Tenno Heika telah memerintahkan kepada angkatan bersenjata Jepang untuk menghentikan perlawanan agar Jepang terhindar dari pemusnahan bom atom Amerika Serikat. Setelah pertemuan tersebut, hadirin cepat menyebarluaskan berita tentang penyerahan Jepang. A.K. Gani mengambil inisiatif lagi untuk mengadakan rapat dirumahnya dan berlangsung sampai tengah malam.

Dokumentasi Foto: Koleksi Museum Pahlawan Nasional Mayor Jenderal (Purn) dr. A.K. Gani.

Eksponen Gyugun yang hadir dalam pertemuan di jalan kepandean itu antara lain : Zainal Abidin Ning, Hasan Kasim, Dannie Effendi dan M. Nuh Setelah memperoleh pengarahan dari Gani, maka peserta rapat sepakat untuk mendirikan Badan Keamanan Rakyat Effendi, Rifa’i, P. Hutagalung, dan Raden Abdullah. Anggotanya mencapai 30 orang pada tingkat awal dan bermarkas di gedung sekolah “misuro” Talang Semut (sekarang sekolah Kristen, Jalan Merdeka). Secara kebetulan pada waktu yang sama di Jakarta pun Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibawah pimpinan Sukarno-Hatta menyelenggarakan rapat dan membentuk Badan Keamanan Rakyat, disamping KNIP dan PNI.

Keputusan penting yang diambil pada rapat pimpinan AK. Gani di Palembang ialah usaha mengambil alih kekuasaan dari pihak Jepang. Tetapi pelaksanaannya harus berhati-hati, dan beresiko, tidak cukup dengan keberanian saja, tapi harus menggunakan strategi jitu, karena pihak Jepang masih menguasai persenjataan lengkap. Sebab seperti halnya dengan nasib anggota PETA di Jawa, anggota Gyugun di Sumatera-pun sudah dilucuti Senjata-senjata yang ada ditangan mereka dikumpulkan lalu mereka disuruh pulang ke kampung dengan diberi pesangon. Meskipun demikian, para anggota gyugun sudah memperoleh pengalaman dalam kemiliteran dan ini menjadi modal berharga bagi bangsa dan negara dalam pembentukan dan pengembangan TNI dan sekaligus dalam pergulatan mempertahankan proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Dokumentasi Foto: Koleksi Museum Pahlawan Nasional Mayor Jenderal (Purn) dr. A.K. Gani.

Rapat-rapat maraton sejak 18 Agustus hingga 23 Agustus, yang dihadiri oleh A.K.Gani, Dr. M. Isa, Cik Den, Parmono, R.M. Mursodo, H. Cikwan, Abdul Rozak, Raden Hanan, R.Z. Fanani, dan Nungcik AR. Dalam kesimpulan rapat membahas tentang suatu pemerintahan peralihan, yakni pusat pemerintahan bangsa Indonesia di Palembang. Konsepsi A.K. Gani disetujui rapat Dengan demikianlah secara resmi pemerintahan nasional pasca penjajahan. Membentuk pemerintahan dengan nama Keresidenan Palembang dengan komposisi sebagai berikut; Kepala: Dr. A.K. Gani, Wakil Kepala: Abdul Rozak, Kepala Kepolisian: Assari, Wakil Kepala Kepolisian: Mursodo, Kemakmuran: Ir. Ibrahim, Penerangan: Nungcik AR. Urusan minyak dan tambang : Dr. M. Isa, Pemerintahan/Umum: RZ. Fanani, Wakil Pemerintahan/Umum: K.H. Cikwan, Perhubungan/Postel: R.M Utoyo, Walikota Palembang: Raden Hanan. Pada tanggal 23 Agustus (malam hari), A.K. Gani mangadakan pertemuan lagi dengan beberapa tokoh dari berbagai kalangan, kemudian memberitahukan kepada pihak Jepang tentang pembentukan pusat pemerintahan tersebut.

Pada tanggal 24 Agustus, datang rombongan dari Jakarta, yaitu anggota PPKI yang mewakili Sumatera yang terdiri dari; Dr. M. Amir, Mr. M. Teuku Muhammad Hassan, dan Mr. Abbas. Mereka diutus oleh pemerintah pusat ke Sumatera memberitahukan dan menjelaskan tentang peristiwa Proklamasi, sekaligus membawa naskah proklamasi, penetapan presiden dan wakil presiden,UUD, berdirinya BKR, KNIP, dan PNI. Kopi naskah proklamasi diterima A.K. Gani dirumahnya pada jam 24.00. Mereka (utusan Pemerintahan Jakarta) menganjurkan agar badan-badan serupa dibentuk juga di Sumatera, khususnya Palembang dan Sumatera Selatan, yang ketika itu mencakup kepresidenan Palembang, Lampung, Bengkulu dan Jambi. Mereka juga memberikan dukungan tentang pengangkatan Dr. A.K.Gani sebagai Residen Palembang.

Pada waktu yang hampir bersamaan para pemuda juga menyelenggarakan pertemuan di rumah Matcik Rozak, yang hadir antara lain: Mailan, Zaelani, Husin Akhmad, Abiasan Said, dan berhasil membentuk penyantun kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah selesai pertemuan dengan rombongan dari Jakarta, Gani mengadakan pertemuan dengan para pemuda Eks-Gyugun yang bergabung dalam BKR. Para Eks-Gyugun yang hadir antara lain Hasan Kasim, M. Arief, M Dannie Effendi, Rivai Nawawi, Raden Abdullah, Zainal Abidin Ning, Rasyad Nawawi dan Usman Bakar. Dan dari golongan pemuda antara lain : Mailani, Abi Hasan Said dan pemuda-pemuda asuhan A.K. Gani dalam badan persiapan penampungan kemerdekaan.

Pertemuan itu membahas rencana pelaksanaan proklamasi di Palembang pada tanggal 25 Agustus. Gani meminta pada mereka untuk melancarkan aksi pemasangan bendera Merah Putih di Kota Palembang, pemasangan spanduk dan poster untuk membangkitkan semangat rakyat dan tanda diproklamasikan Kemerdekaan Indonesia di Palembang.

Momen penting itu akhirnya datang juga, pada 25 Agustus 1945 dengan sorotan sinar matahari pagi yang cemerlang. Sang Saka Merah Putth berkibar di semua pelosok Kota Palembang, bendera dari kertas dan poster-puster yang membakar semangat ditempelkan di tembok. Kesatuan BPKR dan pemuda sudah mulai bergerak untuk mengambil alih dari kekuasaan Jepang. Bendera Merah Putih berhasil dinaikkan di kantor ledeng, kantor yang kemudian dijadikan kantor Residen Palembang (sekarang kantor walikota Palembang).

Di atas gedung yang masih ditempati oleh pemerintahan Jepang itu berhasil ditancapkan 4 bendera Merah Putih atas perjuangan heroik dari para eks tentara Gyugun, seperti Hasan Kasim, M. Arief, Dannie Effendi, Rd. Abdullah dan Rivai, yang bekerja sama dengan para pemuda seperti Mailin, Abihasan Said dan Bujang Yacob. Pada hari itu juga (25/8/45) A.K. Gani, disertai Abdul Rozak dan Nangcik AR., menemui Cokan Myako Tosio. Dalam pertemuan itu Gani menegaskan, bahwa kemerdekaan Indonesia sudah diproklamasikan di Jakarta Dan telah diumumkan juga kepada rakyat Palembang.

A.K. Gani meminta kepada pihak Jepang agar tidak menghalangi semangat kemerdekaan rakyat untuk menghindari perselihan dan perang fisik antara rakyat dengan pihak Jepang, sebaliknya, pihak Jepang juga mengharapkan Gani, dkk untuk mengarahkan dan mengendalikan emosi rakyat, sehingga pihak Jepang tidak menjadi sasaran amukan massa yang sedang terbakar emosi kemerdekaan.

Sehabis pertemuan dengan pimpinan Jepang, Gani menuju tempat penyelenggaman upacara Penaikkan bendera Merah Putih dan Pembacaan ulang Teks Proklamasi. Upacara dijaga ketat oleh pasukan BPKR dan barisan pemuda. Puluhan ribu massa rakyat datang berbondong-bondong menghadiri upacara Proklamasi Republik Indonesia di Palembang yang dipimpin langsung oleh Dr. A.K. Gani, dengan lebih dulu penaikan sang saka merah putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sesudah itu Gani membaca naskah proklamasi kemerdekaan yang sudah diucapkan Sukarno-Hatta di Jakarta.

Kemudian Gani yang dikenal sebagai seorang orator, mengucapkan pidato singkat yang isinya antara lain : “Kita sudah merdeka dan berdaulat, sudah tidak dibawah kekuasaan Jepang lagi. Kita sudah punya pemerintahan sendiri untuk itu kemerdekaan ini harus kita pertahankan sendiri.Untuk itu kemerdekaan ini harus kita pertahankan dan disebarluaskan ke seluruh pelosok daerah dan seluruh lapisan masyarakat. Jangan bertindak sendiri-sendiri Jaga persatuan dan kesatuan.Untuk itu pemerintahan baik sipil maupun Badan Keamanan Rakyat berada dibawah pimpinan saya”.

Dengan terlaksananya upacara itu, maka resmi telah berdiri pemerintahan Republik Indonesia di Palembang, dengan Dr. A.K. Gani sebagai Residen Palembang, walaupun belum ada pengesahan dari pemerintah pusat Rakyat Sumatra Selatan yang mendengar upacara di Palembang ini sudah berani memasang Bendera Merah Putih di rumahnya masing-masing. Berita proklamasi yang dikumandangkan di Palembang itu dengan cepat juga menjalar ke seluruh Sumatra, bahkan ke negeri Singapura dan Malaysia. Berdasarkan petunjuk residen Palembang, maka pengambilan alihan kekuasaan dijalankan pula di Keresidenan lainnya, yaitu Keresidenan Lampung, Bengkulu dan Jambi.

Setelah di terima telegram dari pemerintah pusat bahwa semua pegawai pemerintahan Jepang ditetapkan menjadi pegawai Republik lndonesia maka pada 5 September A.K. Gani memaklumkan kepada seluruh pegawai negeri untuk mengambil alih kantor-kator dari pihak Jepang dengan menaikkan Bendera Merah Putih. Gani mengintruksikan agar dibentuk barisan-barisan perjuangan pemuda ditingkat kewedanaan kebawah untuk menjalankan mengamankan jalannya pengambil alihan kekuasaan itu.

——————–

Referensi di kutip dari berbagai Sumber:

Agus Nugroho, dkk. 2009. Sosok Pejuang Bangsa dr. Adenan Kapau Gani. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda.

Ruben Nalenan dan Iskandar Gani, 2004. Dr. A.K. Gani, Pejuang Berwawasan Sipil dan Militer. Palembang: Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Sumatera Selatan.

Djohan Hanafiah. 1998. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang. Palembang: Pemkot Dati II Kota Palembang.

Djohan Hanafiah. 1998. Delapan Puluh Dua Tahun Pemerintahan Kota Palembang. Palembang: Humas Pemkot Dati II Kota Palembang.

Warnak Tohir. 2017. Sejarah Perang 5 Hari 5 Malam Palembang, Palembang: Dinas Kebudayaan Kota Palembang

 

Redaktur Pelita Sumsel

Media Informasi Terkini Sumatera Selatan

LAINNYA