Jeritan Petani Padi di OKU Timur, Ngaku Jadi Petani Semakin Sulit, Tanaman Diserang Hama, Pupuk Langka dan Mahal

waktu baca 2 menit
Selasa, 20 Des 2022 13:29 0 233 Admin Pelita

OKU Timur, Pelita Sumsel – Memasuki masa tanam padi, berbagi masalah dihadapi para petani. Mulai gangguan hama keong, tikus hingga permasalahan Kelangkaan pupuk yang tak kunjung ada solusinya.

Dikatakan Purwadi (49) Petani Padi Desa Pahang Asri Kecamatan Buay Pemuka Peliung. Saat ini rata-rata petani di Desa Setempat mulai melakukan penanaman padi, namun masalah yang dihadapi mulai dari serangan tikus dan hama keong.

“Untuk diwilayah kita ini perkiraan ada ratusan Hektare yang terserang hama tikus dan keong ini. Bahkan ada yang sudah dua kali tanam karena tanam pertama habis diserang hama, dan dilakukan tanam kembali,” kata Purwadi, Selasa (13/12).

Terkait hal ini, dirinya berharap petugas terkait dapat segera turun membantu membasmi hama tikus dan keong ini, sebab menurut Purwadi untuk hama tikus ini butuh edukasi dari petugas bagaimana solusinya agar mengurangi serangan hama tikus. Sedangkan untuk hama keong penyebabnya karena kondisi cuaca tidak mengalami kemarau sehingga pertumbuhan keong bertambah banyak sebab sawah mengisi air terus.

“Untuk membersihkan keong ini kita sudah menggunakan obat tapi tidak habis-habis, muncul terus karena dibawa arus air,” ujarnya.

Di Tempat yang sama Margono (51) juga mengungkapkan terkait Kelangkaan pupuk urea saat ini. Menurutnya kelangkaan pupuk ini seperti candu yang selalu terjadi sejak lama ketika petani mulai masuk musim tanam. Dengan begitu pemerintah seharusnya memiliki solusi atau kebijakan yang berpihak ke petani agar setiap musim tanam padi kedepan pupuk tidak mengalami Kelangkaan.

“Kita itu kadang bingung mas sebagai petani. Pemerintah katanya mendukung produktivitas petani meningkat tapi kenyataannya, pupuk langka kalau pun ada harga mahal,” ujarnya.

Ditambah lagi lanjutnya, sekarang ini kalau mau beli pupuk dibeberapa tempat, kita diwajibkan tidak hanya membeli pupuk urea piha toko itu mewajibkan pembelian secara paket, pupuk urea dengan pertipos. Akibatnya petani harus menambah pengeluaran.

“Kemarin kita beli urea sama pertipos itu seharga Rp 390 ribu. Sebelumnya kita hanya beli urea Rp 90 ribu. Sekarang gak bisa lagi harus paket. Inikan nambah nekan pengeluaran petani. Belum biaya pengobatan hama, pupuk dan operasional lainnya. Semakin sulit mas jadi petani,” ujarnya. (*)

LAINNYA