Oleh : Hilmin*
Pilkada adalah sistem proses demokrasi yang dapat diukur, dikakulasi dan diprediksi baik dalam proses maupun hasilnya, tanpa persiapan dan perhitungan yang matang, maka kemenangan tidak akan didapat, meskipun pada jalan yang mulus (Thomas Charliyle).
Tidak ada kemenangan tanpa perencanaan, ketika gagal dalam hasil sesungguhnya sama halnya merencanakan kegagalan.
Begitupun juga dalam pertarungan pilkada di sumsel. Pemetaan dalam melihat kondisi sosial masyarakat, geopolitik, persepektif publik terhadap kinerja pemerintahan, keadaan ekonomi, karakter pemilih, itu semua harus menjadi acuan bagi kandidat dalam merumuskan langka dan strategi pemenangan pilkada.
Belajar dari kekalahan kandidat untuk suksesi pilkada, banyak yang terlena dengan acara-acara serimonial, diramaikan dengan gemuruh tepuk tangan pada pertemuan terbuka, sehingga ada anggapan dari sang kandidat suda berada di atas angin, sudah populer ditabah lagi dengan banyaknya spanduk dan baliho yang dipasangkan di ruang publik. padahal itu hanya bagian kecil yang menjadi faktor memenangkan pertarungan pilkada. agar tidak sesat dalam menentukan langkah dan strategi perlu disusun sistematikanya dalam tahapan pemenangan setiap kali pilkada sebagai berikut;
Pertama, melakukan survei pemetaan politik secara berkala. Survei dilakukan setiap dua atau tiga bulan sekali. survei sangat penting untuk menyusun langkah dan teknik kampanye yang akan digunakan. Tanpa data survei, strategi kampanye dan polah pendekatan akan ngawur, adanya data survei dapat dengan jelas membaca kekuatan kita, kekuatan lawan, kelemahan, tantangan dan ancam, serta peluang. Dari data yang dihasilkan kandidat dapat dengan jerni membaca apa maunya pemilih.
Kedua, Pembentukan jaringan di semua daerah pemilihan. opini dan issu kampanye tidak akan mengakar jika tidak dikuatkan oleh tim yang kuat, maka segala strategi akan gagal, kekeliruan para kandidat sering kali mengabaikan rekrutmen dan pembina tim pada sampai level TPS, yang sangat krusial pembinaan saksi TPS padahal disanalah tempat yang paling vital untuk mengawal suara dan penentu menang atau kalah bagi kandidat. maka dari jauh jauh hari tim juga sudah dilatih untuk jadi saksi di TPS.
Ketiga, yaitu pembentukan jaringan dengan segmen sosial, misalnya kelompok keagamaan, kelompok profesi, kelompok hobby dan lain sebagainya. Kelompok ini penting dirangkul karena mereka biasanya menjadi opinion maker.
Keempat, yaitu mempengaruhi media komunikasi. Tujuannya agar berita-berita di media komunikasi berada positif terhadap kandidat. Semakin banyak media komunikasi yang bisa dipengaruhi akan semakin baik. Tidak hanya media massa cetak dan elektronik, media komunikasi sosial (facebook, twitter dan lainnya) dan media komunikasi alternatif lainnya juga digunakan.
Kelima, adalah menerapkan pedekatan psikologis dalam setiap melakukan sosialisasi. Banyak teknik sosialisasi yang biasa diterapkan, misalnya yang lagi ngetrend yaitu metode blusukan, menyapa rakyat, bertandang dan bermalam di rumah rakyat, karakteristik masyarakat melayu sumsel lebih senang bersalaman langsung dan dipanggil nama, seakan sudah terbangun kehangatan dalam hubungan.
Keenam, adalah merancang budget secara komprehensif dengan skala prioritas. Penting memang untuk membuat rincian yang sistematis untuk mengukur beban kost yang dikeluarkan jangan samapai tim tidak bergerak terkendala dalam urusan biaya.
*Peneliti Lingkar Publik Independen.
Tidak ada komentar