Menjawab Polemik Sriwijaya

waktu baca 3 menit
Selasa, 25 Sep 2018 08:34 0 227 Admin Pelita

Palembang, Pelita Sumsel – Jadi polemik masalah Kedatuan Sriwijaya sebenarnya sudah ada sejak dahulu, itu kesemuanya berdasarkan atas asumsi – asumsi yang memilik dasar kajian ilmiah, Hal itu dikatakan, Sejarahwan Palembang, Kemas Ari Panji, terkait menyikapi beredarnya sebuah pemberitaan yang menyebutkan Sriwijaya bukanlah sebuah kerajaan, saat ditemui Pelitasumsel, Senin(24/9).

Untuk masalah Kedatuan Sriwijaya, Kemas mengatakan, dari beberapa temuan prasasti – prasasti yang ditemukan memang tidak secara spesifik mengatakan klaim bahwa itu raja atau disini tempat Sriwijaya, Tapi menyebutkan Silifosi, Zabag, Swarnadwipa dan lain sebagainya.

“Itu diidentikkan oleh para ahli adalah Sriwijaya, nah saat kita ingin membantah itu, kita juga harus memberikan bukti-bukti lain untuk membantah hal itu, jadi secara teori, kalau asumsi itu bisa terbantahkan kalau ada teori baru,” ujarnya.

Kemas melanjutkan, menurut catatan I Thsing yang pernah berkunjung ke Sriwijaya, matahari tepat di atas kepala saat beliau datang ke Sriwijaya, berarti kalau dikaji secara hukum Geografi, I Thsing tepat berada di garis Katulistiwa, jadi tidakkan mungkin Sriwijaya itu jauh dari garis Katulistiwa.

“Yang memungkinkan itu adalah Palembang dan Jambi, siapa yang mau membantah hal itu, harus juga mengeluarkan bukti baru juga,”ujarnya.

Hal senada dikatakan, Ahli Epigrafi Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Wahyu Rizky Andhifani bahwa, pertentangan tersebut memang sudah ada sejak lama dan masing – masing punya alibi dan asumsi sendiri dan itu sah – sah saja.

“Jadi saya teringat tahun 2012 antara Jambi dan Palembang berebut Sriwijaya, saya diutus kantor yang berbicara bersama kak Erwan dan mbak Farida. Saya meluruskan bahwa sah – sah saja Jambi mengklaim dia Sriwijaya tapi abad ke berapa?,” ungkap Wahyu.

Menurut Keterangan Wahyu dari  beberapa hasil temuan, Sriwijaya masa emasnya beribukota di Palembang pada abad 7 sampai abad ke 10, kemudian di abad 11 Sriwijaya pindah ke Jambi dan abad 13 pindah ke Kedah, itu sesuai dengan berita Cina dan Prasasti dan wajar ibukota Sriwijaya berpindah, kemungkinan ada serangan dari Jawa ataupun serangan dari Cola India. Muaro Jambi dan Kadaram (kedah) merupakan bagian dari Sriwijaya ketika Sriwijaya beribukota di Palembang. Ibarat Indonesia beribukota di Jakarta, dan yang lainnya merupakan provinsi di bawah bendera Indonesia.

“Bila mereka bilang, dia Sriwijaya ya silahkan, tapi Palembang adalah tempat awal Sriwijaya dan berhasil mencapai puncaknya,”tegas Wahyu.

“Saya sudah baca sinopsis bukunya yang berjudul Sribudda Bukan Sriwijaya dan Bangsa Pelaut Kisah Setua Waktu, itu sah-sah saja, kalau sang penulis buku itu mengatakan hal itu, data dukungnya juga cukup,” ujarnya.

Namun, Wahyu mengungkapkan, sang penulis mengatakan ada 2 prasasti yang menyebut masalah datu Sriwijaya yaitu Kota Kapur dan Kedukan Bukit (Sriwijaya).

“Tapi, ada 1 yang terlewat yakni Prasasti Baturaja yang kemaren saya temukan, itu juga memuat Datu Sriwijaya,”ujarnya.

Wahyu melanjutkan memang banyak,beredar di dunia maya terkait tulisan sang penulis buku tersebut, lebih banyak membahas Sriboza dikaitkan dengan Sribuddha dan Bukan sriwijaya, Itupun sah sah saja.

“Makanya di buku yang hitam dia menulis Sribuddha bukan Sriwijaya, bukannya Sriboza bukan Sriwijaya,”jelas Wahyu.

Wahyu berharap, selama ini ilmu dan beberapa gelintir kebenaran yang ada di dalamnya, kenapa harus diperdebatkan.Karena bagi dirinya ilmu makin lama makin berkembang dengan baik.

“Jika ada sesuatu yang baru yang perlu dipahami, itu kita ambil selama sesuai dengan kaidah dan teori – teori yang ada,”tutupnya.

LAINNYA