MATARAM, Pelita Sumsel – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy memimpin apel siaga Kembali Sekolah di lapangan Bumi Gora, kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), kota Mataram, Minggu (9/9/2018).
Mendikbud mengimbau agar siswa dapat terus belajar dan bersekolah. Pendidikan harus terus berjalan meskipun dalam keterbatasan kondisi sarana prasarana.
“Dengan dicanangkannya Gerakan Kembali Sekolah ini, untuk mempertegas kembali, apapun kondisinya, anak-anak NTB tidak boleh berhenti belajar. Tiada hari tanpa belajar,” kata Mendikbud di depan sekitar tiga ribu peserta apel yang terdiri dari perwakilan guru, siswa, relawan, dan pegawai unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Muhadjir memotivasi para guru untuk bersemangat agar bisa segera mendorong anak didiknya kembali bersekolah.
“Yang paling penting anak-anak diajak untuk bergembira dulu. Gurunya bisa membuat anak-anak merasakan the joy of learning dulu,” ujarnya.
Untuk membantu meringankan beban guru, Kemendikbud menyalurkan tunjangan khusus untuk para guru terdampak gempa di NTB.
Dana bantuan telah disalurkan melalui rekening Bank Rakyat Indonesia (BRI) atas nama masing-masing guru.
“Untuk guru PNS sebesar 1,5 juta setiap bulan, sedangkan untuk guru non-PNS sebesar 2 juta rupiah setiap bulan, selama enam bulan,” kata Mendikbud.
Total guru yang telah mendapatkan bantuan tunjangan khusus dari Kemendikbud sebanyak 5.298 guru di wilayah Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Barat, Kota Mataram, dan Sumbawa.
Mendatang, dimungkinkan penambahan jumlah penerima bantuan seiring dengan pemutakhiran data yang dilakukan.
“Yang penting, jangan sampai yang tidak terdampak gempa mendapatkan tunjangan. Dan yang terdampak gempa, malah tidak mendapatkan. Saya titip kepada dinas pendidikan untuk benar-benar mendata guru-gurunya,” pesan Mendikbud.
Usai apel, Mendikbud melepas 21 truk yang membawa bantuan bagi warga belajar di berbagai wilayah di NTB.
Bantuan berisi paket peralatan sekolah, peralatan permainan dan kesenian, alat tulis dan kertas untuk keperluan sementara kegiatan sekolah, serta logistik untuk keperluan tenaga kependidikan.
Bantuan tersebut akan didistribusikan ke tujuh kabupaten/kota terdampak gempa bumi, yaitu Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Sumbawa Barat, dan Kota Mataram.
Total bantuan yang disiapkan Kemendikbud untuk penanganan gempa di NTB sebesar Rp258 miliar. Bantuan tersebut merupakan optimalisasi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) serta donasi dari seluruh pegawai Kemendikbud.
“Pemerintah pusat telah optimal menangani masalah gempa NTB ini. Pada akhirnya yang harus menyelesaikan adalah masyarakat dan pimpinan daerah NTB sendiri,” ujar Muhadjir.
Sampai saat ini Kemendikbud telah menyalurkan Program Indonesia Pintar (PIP) kepada 360 ribu siswa NTB. Segera akan dilakukan pemutakhiran data untuk memberikan penambahan jumlah siswa penerima manfaat.
Bersama relawan dari berbagai lembaga dan komunitas, Kemendikbud memberikan pelayanan psikososial dan psikoedukasi, serta trauma healing kepada para siswa dan guru.
Tim Posko Pendidikan juga secara rutin menghadirkan bioskop keliling untuk menghibur pengungsi.
Mendikbud mengimbau agar pemberian bantuan harus relevan dengan kebutuhan. Ia mengimbau agar unit-unit pelaksana teknis dapat fokus memberikan bantuan yang paling dibutuhkan, berbasis data, dan meningkatkan koordinasi antar lembaga baik pusat maupun daerah, serta lembaga nonpemerintah.
“Laporan jangan yang baik-baik saja. Ini memang berat, tetapi kerja keras kita untuk membangun kembali NTB. NTB harus bangkit kembali, lebih baik lagi,” pesannya kepada peserta Rapat Koordinasi Penanganan Gempa Lombok yang diselenggarakan Minggu sore di Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BP PAUD Dikmas) NTB.
Muhadjir berharap agar Posko Pendidikan dan para guru dapat memelopori pendidikan karakter bagi siswa melalui beragam aktivitas dan keteladanan di kelas-kelas sementara.
Momentum bencana ini, menurutnya, dipandang tepat untuk mendidik kerja sama, gotong royong, kemandirian anak-anak NTB.
“Mereka juga bisa diajak untuk ikut kerja bakti, membersihkan lingkungan sekitarnya. Bencana ini memang ujian, kalau dimanfaatkan dengan baik dapat menguatkan mental, dan membuat kita semua menjadi lebih baik lagi,” tandasnya. (*)