Gambar_Langit Gambar_Langit

Ketua PGRI OKU Berharap Peserta Test Seleksi ASN Jalur PPPK Di OKU Bisa Lulus 100 %

waktu baca 4 menit
Kamis, 30 Sep 2021 20:35 0 85 Admin Pelita

OKU, Pelita Sumsel – Ketua PGRI Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) H Teddy Meilwansyah SSTP MM MPd bersama pengurus PGRI OKU Meminta agar guru honorer di Bumi sebimbing sekundang yang mengikuti seleksi penerimaan test ASN melalui jalur PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) bisa lulus 100 % tanpa test. Hal ini disampaikannya usai menggelar  rapat terkait pelaksanaan penerimaan test ASN melalui jalur PPPK beberapa waktu lalu.

Rapat ini digelar menyikapi banyaknya keluhan, keberatan dari guru-guru honorer dilingkungan Dinas Pendidikan (Disdik) OKU yang mengikuti seleksi PPPK yang dilaksanakan pada 13 september lalu diantaranya tentang tingginya passing grade untuk masing- masing kompetensi terutama pada kompetensi akademik. Kesulitan naskah soal ujian dan kurang sesuai dengan kompetensi guru terutama yang berusia 35 tahun lebih.

“Kami banyak sekali menerima keluhan dan complain dari peserta, banyak yang merasa keberatan dengan pelaksaan tersebut, mungkin seperti yang sudah diketahui adanya keterbatasan dalam penggunaan tehnologi bagi peserta karena faktor usia,” kata Ketua PGRI OKU H Teddy Meilwansyah SSTP MM MPd saat dibincangi awak media usai rapat pengurus PGRI, Kamis (30/9).

Untuk itu dikatakan Teddy, Pengurus PGRI OKU menyatakan sikap keprihatinan dan keberatan terkait pelaksanakan seleksi tersebut. Pria yang juga menjabat sebagai Kadisdik OKU Ini berharap hal yang dilakukan ini dapat menjadi trigger (pemicu Red) bagi PGRI lainnya agar kompak menyerukan hal ini kepemerintah pusat baik  melalui presiden jokowi maupun melalui DPR RI.

“Kami minta seluruh tenaga/guru Honorer yang mengikuti seleksi ASN melalui jaur PPPK ini diluluskan 100 persen, karena ini adalah  bentuk upaya kita dalam memuliakan dan menghargai jasa-jasa mereka, mereka sudah berjuang meluangkan waktu dengan segala kemampuannya untuk mencerdaskan kehidupan dan mendidik anak-anak masa depan Indonesia, jadi sudah sewajarnya ini sebagai bentuk perhatian kita kepada mereka supaya mereka mendapatkan kelulusan 100 persen tanpa terkecuali,” ujarnya.

Ditutrukan Teddy, Sewaktu test pihaknya sudah mengecek ada banyak peserta ikut test yang telah menjadi tenaga honorer hingga 15 tahun, 17 tahun bahkan ada 18 tahun , hal ini menurut Teddy sangat luar biasa, dengan usia yang tak lagi muda mereka tidak mungkin bisa disamakan dengan yang berusia 30 tahun kebawah. Dari sisi teknologi menurut Teddy, mereka mungkin sudah tidak mampu lagi menguasainya, selain itu  juga daya ingat mereka juga tidak sehebat anak-anak muda.

“jadi sudah sewajarnya jika kita meminta pemerintah pusat dalam hal ini Pak Jokowi agar mereka  bisa diberikan kelulusan 100 persen, Tanpa Tes, mudah-mudahan ini bisa didengar oleh beliau dan kita berharap hal ini mendapat dukungan dari rekan-rekan kita di DPR RI,” harapnya

Jikapun tidak memungkinkan diberikan kelulusan 100 persen, PGRI OKU meminta kepada pemerintah agar passing grade pada semua kompetensi test seperti test wawasan, test akademik dan test wawancara bisa diturunkan, selian itu adanya afirmasi guru honorer K2 menjadi 25 % atau 125 poin yang semula 10 % atau 50 poin.

Adanya Afirmasi kepada guru honorer usia 35 tahun keatas menjadi 30 % atau 150 poin dari semulanya 15 persen atau 75 poin.  Serta adanya tambahan Afirmasi dan tambahan poin 10 – 15 % kepada guru honorer yang sudah memiliki NUPTK sesuai dengan masa kerja.

“harapan kita agar aspirasi guru-guru di OKU ini dapat diperjuangkan oleh pemerintah pusat agar guru honorer yang mengikuti seleksi PPPK dapat lulus 100 %,” Tandasnya

Sementara itu, ketua Guru Honorer OKU Candra SPd menuturkan diusia yang tak muda lagi ia dan rekan-rekan honorer lainnya yang ikut test seleksi PPPK merasa kesulita, terutama menggunakan teknologi computer, selain itu para peserta juga merasa passing grade yang duitentukan oleh pemerintah juga terlalu tinggi.

“Pengerjaan soalnya sudah sulit ditambah harus menggunakan teknologi computer jadi tambah sulit, apa lagi kami sudah berumur, banyak dari kami yang usianya sudah lebih dari 35 tahun kesulitan,” tuturnya.

Dirinya selaku ketua Honorer OKU menyampaikan rasa terimakasih atas dukungan dari kepala Dinas Pendidikan dan PGRI OKU, hal ini menurutnya sangat berarti. “tentunya kami sangat berterimakasih, bayangkan saja diantara kami ada usianya yang sudah 56 tahun harus mengikuti test, kami sangat berharap bisa lulus kalau bisa tanpa test pak,” harapnya sera meneteskan air mata mengenang perjuangan saat test. (AND)

LAINNYA