Palembang, Pelita Sumsel – Pemimpin Redaksi ( Pemred) Media Online Pelita Sumsel, Firwanto M Isa, mendapat kehormatan memberikan pengalaman dan motivasi soal tehnik dan etika wawancara pada Pelatihan Jurnalistik Dasar (Pejurdas), yang dilaksanakan oleh Majelis Wilayah (MW) Korps Alumnus Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sumsel, Jumat (13/12) di Aula Sekretariat KAHMI Sumsel.
“Untuk mengumpulkan data diperlukan wawancara kepada narasumber untuk sebuah berita, maka oleh karena itu, seorang wartawan harus tahu soal etika dan tehnik wawancara, yang utama seorang wartawan harus paham persoalan yang akan di pertanyakan,” ungkap Firwanto dihadapan peserta Pejurdas.
Dikatakan, bahwa ada banyak macam cara untuk mendapat data dari wawancara tapi yang paling penting wartawan harua memiliki etika ketika mencari data dari narasumber
“Etika ini sebenarnya jangan ditinggalkan, karena informasi yang akan di gali mesti juga mendapat respon dari narasumber, kita juga mesti tahu siapa dan apa yang mesti kita tanyakan,” lanjutnya
Sebelumnya, kegiatan Pejurdas ini dibuka langsung Ketua Bidang Hukum & Advokasi MW Korps KAHMI Sumsel, Joemarthine Chandra
Ia mengatakan bahwa wartawan harus memiliki idealisme dan integritas moral yang baik. Sebab tanpa dua point ini profesi wartawan tidak akan bisa menjadi pewarta yang baik.
“Bagaimana mungkin akan menjadi wartawan yang baik dan bermoral, bila wartawan tidak memiliki idealisme dan integritas? Disinilah melalui pelatihan ini, Majelis Wilayah KAHMI ingin melahirkan jurnalis-jurnalis muda yang berintegritas melalui media yang nantinya akan kita lahirkan,” ujar Joemarthine Chandra,
Lebih lanjut, Joe—panggilan akrab Joemarthine Chandra— mengatakan melalui pelatihan ini, KAHMI sedang ingin menciptakan jurnalis yang memiliki idealisme dan integritas. Bagi Joe, idalisme dan intergritas bagi wartawan adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
“Sebab KAHMI Sumsel sebagai lembaga berkumulkan para intelektual berkewajiban mendistribusikan para aktor intelektual-nya di berbagai lini kehidupan. Salah satu diantaranya, harus menempatkan kadernya di dunia media, terlebih saat ini sudah masuk di era digital.,” paparnya
Joe menegaskan, pada era seperti sekarang, media online (digital) tidak bisa lagi dipandang sebagai media nomor dua, seperti ketika di era 90-an. Justeru kondisi sekarang situasi menjadi terbalik. Media online saat ini sudah bisa mengalahkan kecepatan media cetak, seperti koran, tabloid dan sejenisnya.
“Dulu orang bisa saja mengatakan media online menjadi media nomor dua, bahkan tidak ditoleh sama sekali. Sebab di era itu, media online belum banyak dikenal. Tapi sekarang keadaannya berbalik, media onine sudah mengalahkan media cetak seperti koran,” pungkasnya.
Selain itu, Direktur PALI RADIO 93,8 FM Kabupaten PALI ini, menyebutkan profesi wartawan menjadi satu hal yang membuatnya beruntung. Selain banyak mendapat informasi, juga meluaskan jaringan. Bagi Efran, menjadi wartawan sangat beruntung. “Saya bersyukur dan beruntung jadi wartawan, kalau tidak suka dengan profesi wartawan sangat rugi, sebab melalui profesi inilah kita bisa membangun relasi yang baik,” tambahnya dis ela-sela materi etika wawancara.
Pada pelatihan ini, MW KAHMI Sumsel menghadirkan sejumlah narasumber, diantaranya H, Firdaus Komar, S.Pd, MM, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumsel, Imron Supriyadi, S,Ag, M.Hum, Pemimpin Redaksi KabarSumatera.com, Asnadi, CA, Jurnalis Senior di Sumsel, Firwanto M, Isa, S.Hum, Pemimpin Redaksi Pelitasumsel.com, dan Iwan Cheristian, Dosen Fotografi Fakultas Dakwah dan Komunikasi (KDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang. (can)