Palembang, Pelita Sumsel-Kepala Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu Palembang (BKIPM) MS Giri Praktikno Palembang menjelaskan tentang ikan Botia yang menjadi primadona ekspor dari Sumsel. Dikatakan Giri Dalam bahasa hobbies ikan hias air tawar, ikan ini merupakan salah satu hal yang wajib dipelihara untuk melengkapi aquascape akuarium.
“Bergerak berenang secara bergerombol, meliuk-liuk, saling berkejaran bahkan tidurya pun dalam posisi tergelatak akan membuat kita terbelangak seolah-olah bagai suatu tontotan yang menawan. Ikan Botia (Chromobotia macracanthus) atau dengan nama pasar ikan badut air tawar ini layak disandingkan dengan “Nemo” atau Clown Fish ikan badut lucu yang hidup pada air laut,” jelas Giri kepada awak media rabu (8/11) di kantor BKIPM Palembang Jalan Arah Bandara
Lebih lanjut, Giri menjelaskan, banyak jenis dari Ikan Botia namun yang paling terkenal adalah Ikan Botia (Chromobotia macracanthus) yang berasal Indonesia dan itu hanya terdapat di perairan Sumatera bagian selatan dan Kalimantan.
Memiliki corak warna yang indah berbalurkan warna hitam,orange kemerahan bersirip merah ikan ini terlihat anggun namun lucu. Ikan Botia termasuk ikan yang berumur panjang, dalam habitat aslinya dapat berumur hingga 20 tahun.
“Peminatnya tidak hanya dari hobiies dalam negeri, Ikan Botia (Chromobotia macracanthus) termasuk salah satu dari tiga ikan hias dicari oleh hobbies di luar negeri selain Arwana,” lanjuny
Di Indonesia ikan ini, sambung Giri hanya berharga 5000 – 8000 Rupiah, namun di luar negeri harganya dapat naik 2-3 kali lipatnya. Menurut data Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu Palembang, bahwa terjadi peningkatan akan kebutuhan ikan hias jenis ikan Botia di luar negeri karena pada periode Januari – Oktober tahun 2017 ekspor ikan Botia telah mencapai 424.450 ekor dengan frekuensi ekspor sebanyak 47 kali.
“Meningkat sebesar 9 % dari tahun 2016 yang hanya 387.887 ekor dengan frekuensi 55 kali ekspor. Peningkatan kebutuhan pasar domestic atau lokal melonjak signifikan sebesar 61% selama periode 2016-2017. Hal ini terlihat dalam periode Januari – Oktober 2017 sebanyak 118.792 ekor dengan 55 kali pengiriman keluar wilayah Sumatera Selatan,” Paparnya
Kalau dibandingkan tahun 2016 yang hanya 73.507 ekor dengan 25 kali pengiriman. Satu hal yang perlu menjadi catatan bahwa semua ikan Botia yang dikirim dari Sumatera Selatan untuk memenuhi pasar domestic dan luar negeri merupakan hasil tangkapan dari alam yang mengancam kelestariannya.
“Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2014 sudah mengeluarkan Peraturan Menteri No. 21 tahun 2014 tentang Larangan mengeluarkan benih ikan Botia dibawah 3,5 cm dan Ikan Botia diatas 10 cm hal ini semata-mata untuk menjaga kelestarian Ikan Botia agar dapat di nikmati anak cucu kita nanti,” katany
Ancaman lainnya, kata giri, habitat hidup Ikan Botia (Chromobotia macracanthus) di Sumatera Selatan yang mulai rusak karena ulah manusia. Zonasi wilayah industry, pertanian, perkebunan mengabaikan habitat hidup ikan di sungai – sungai di wilayah Sumatera Selatan.
Banyak keluhan dari masyarakat dan nelayan di pinggiran Sungai Musi mulai kesusahan mencari berbagai jenis ikan, padahal 10-20 tahun yang lalu ikan-ikan itu mudah di dapat termasuk Ikan Botia.
“Berbagai cara dilakukan untuk melestarikan ikan ini, budidayanya pun di beberapa daerah sudah mulai dikembangkan, namun hasilnya belum maksimal untuk memenuhi kebutuhan pasar. Perlu kebijakan yang tepat dalam mendukung pengembangan ikan hias satu ini karena inilah satu-satunya ikan hias asli perairan Sumater Selatan yang diperhitungkan dunia. Mari jaga untuk anak cucu kita,”Pungkasnya (wwn)