Kakek Nenek Pemulung, Sehari Hanya Dapat Uang Rp 5.000

waktu baca 2 menit
Minggu, 17 Sep 2017 20:51 0 200 Redaktur Pelita Sumsel
PAGARALAM, Pelita Sumsel – Potret kemiskinan memang selalu menjadi hal yang menyentuh hati. Seperti kehidupan yang di alami oleh Jumali (80) dan Istri Wagini (81), kakek nenek lanjut usia yang hanya mengandalkan pekerjaan sebagai pemulung gelas plastik minuman, kardus, kaleng yang bisa dijual ke pengepul barang bekas.
Jumali yang karena usia lanjutnya sering sakit sakitan, tetap bertahan hidup di rumah yang tak layak huni. Suami istri tersebut tetap menjalankan aktifitasnya sebagai pemulung barang bekas demi mencukupi kebutuhan sehari hari. Jumali mengaku, walaupun trlah bekerja keras setiap hari, namun mereka masih saja tak mampu mencukupi kebutuhan sehari hari, lantaran hasil penjualan barang bekas tak seberapa dibandingkan dengan tuntutan ekonomi.
“Setiap hari cari barang bekas yang masih bisa dijual lagi, dijual pun hasilnya untuk makan, cukup untuk makan pun alhamdulillah. Sehari kami berdua paling bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 5.000 hingga Rp 10.000, uang itulah yang mencukupi kebutuhan sehari hari,” kata dia sambil menyapu air mata, Minggu (17/9).
Jumali menambahkan, anak anaknya kini berada diluar kota. Kondisi dibawah garis kemiskinan tersebut sudah ia jalani sejak rumahnya yang hangus terbakar puluhan tahun yang lalu.
“Dulu kami punya rumah, tapi sejak terbakar pada tahun 2004, kami hanya tinggal di tempat ini. Luas nya 5 x 4 meter, dinding papan buruk, dan atap sudah mulai rapuh. Kami masak pakai kayu bakar, kami tidak punya harta selain tempat ini. Kami sekarang hanya pasrah pada kehidupan, berdoa supaya kami diberikan kesehatan, dan bisa makan saja sudah cukup. Kami bersyukur dan terima kasih kepada adik adik siswa yang mau membantu kami, semoga kalian sukses semua,” ujarnya yang hal itu membuat air mata siswa D Team menitik.
Sementara itu, Pembina D Team Edo didampingi ketua D Team Yogi Marta menuturkan, mereka sangat terpukul melihat potret kemiskinan yang menimpa Mbah Jumali dan istrinya. Mereka rela menyisihkan uang jajan membantu kakek nenek tersebut dan bisa memberikan Sembako untuk memenuhi kebutuhan sehari hari mereka.
“Kami komunitas D Team terdiri dari siswa dari berbagai sekolah di Kota Pagaralam. Kami dibimbing supaya mau berbagi, kami diajarkan untuk menyisihkan uang jajan, agar bisa membantu warga yang membutuhkannya. Berkat ini, hati kami jadi tersentuh, kami takkan sombong pada kehidupan ini, sebab banyak orang yang masih membutuhlan uluran tangan. Kami hanya ingin berbagi, tak peduli berapapun nilainya, sedekah itu tidak harus menunggu kita kaya, tapi sedekah lah walaupun belum kaya. Karena sedekah, akan membuka jalan, dan harta yang disekahkan akan dibalas berlipat ganda, keyakinan itu yang diajarkan kepada kami,” ungkapnya.(rpw).

Redaktur Pelita Sumsel

Media Informasi Terkini Sumatera Selatan

LAINNYA