Jakarta, Pelita Sumsel – Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) akan digelar di Lampung melalui “Lagawi Fest” pada Bulan Juni ini. Kampanye yang diselenggarakan di 12 provinsi ini menjadi jurus kunci usaha industri kecil dan menengah (IKM) menggeliat.
Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita
mengatakan Lampung dipilih karena merupakan pintu masuk bagian selatan pulau Sumatera. Selain itu, wilayah tersebut juga memiliki pontesi SDA serta industri manufaktur yang juga meningkat.
“Kita tahu Lampung ini pintu masuk dari selatan pulau Sumatera dan pontesi
SDAnya juga banyak,” kata Reni dalam diskusi daring yang digelar Forum
Merdeka Barat 9 bertema “BBI, Jurus Kunci Bangkitkan Gairah IKM“ pada Senin, (20/6/22).
Selain itu, Reni menjelaskan, industri manufaktur yang ada di Lampung
meningkat tajam pada 2021 lalu yakni mencapai 4,59 persen. Menurutnya, hal
tersebut menunjukan bahwa kegiatan manufaktur di daerah tersebut sudah
menggeliat.
Selain itu, ungkap Reni, Lampung juga memiliki banyak pelaku-pelaku IKM yang sudah berkembang setelah terdampak pandemi covid-19. Baik di sektor
makanan minuman, pakaian jadi, kerajinan termasuk teknologi tepat guna.
Menurutnya, masifnya kebangkitan IKM di wilayah Lampung ini sekaligus
menjadi tantangan. Sehingga, pihaknya berupaya mendorong produk IKM yang
sudah berkembang itu menjadi produk artisan yang lebih berkelas dan makin
dikenal luas dengan menjangkau pasar yang lebih luas.
“Jadi kami, melalui Gernas BBI Lagawi Fest ini mencoba menggerakan wirausaha baru di Lampung untuk mengembangkan inovasi terhadap produk yang dihasilkan untuk lebih mengenalkan dengan masuk di berbagai marketplace,” tukasnya.
Pada kesempatan itu, Reni juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah telah melatih 22.515 Industri Kecil Menengah (IKM) melalui program e-smart IKM. Pelatihan ini dilakukan agar para pelaku IKM menguasai teknologi e-business. Program E-smart IKM yang telah berlangsung sejak 2017 hingga sekarang ini, sebanyak 14.025 IKM sudah on boarding ke platform digital.
Melalui program tersebut, jelas Reni, Kemenperin membantu para IKM agar
mampu mengelola pemasarannya hingga sistem pembukuan secara digital.
“Nah, ini yang sudah di IKM yang sudah masuk ke literasi digital itu sejumlah
22.515 IKM dan yang sudah boarding sekitar 14.025 IKM dengan kita
menggandeng beberapa marketplace yang ada,” beber Reni.
Makin Indonesia 4.0
Reni menegaskan, program E-smart IKM yang dikembangkan oleh Dirjen IKMA
ini dijadikan pintu masuk bagi IKM untuk on boarding ke sektor digital. Hal itu
dilakukan, supaya Kemenperin mudah mengumpulkan, dan mengelola data
IKM-IKM yang ada di Indonesia.
“Jadi untuk kami melakukan pembinaan untuk kami menjamin kualitas,
produksinya termasuk fasilitas yang ada di kementerian perindustrian syaratnya
adalah IKM tersebut harus ada di data e-smart IKM kami,” jelasnya.
Sebab, e-smart IKM ini sesuai dengan program making Indonesia 4.0, salah
satunya adalah pemberdayaan supaya IKM melek teknologi, dan agar IKM
mampu menyajikan produknya secara digital. Kemenperin mencatat, jumlah unit dari Sabang sampai Merauke mencapai 4,4 juta unit usaha, dibagi menjadi 10.500 sentra-sentra IKM. Maka, Kemenperin efektif melakukan pemberdayaan dan pembinaan itu melalui sentra.
“Sentra ini adalah kumpulan dari minimal 5 IKM sejenis ataupun dia mempunyai proses produksi sejenis. Jadi, untuk pembinaannya kami pasti menyelesaikan permasalahan yang ada kalau di IKM pasti awalnya teknologi, teknologi masih sangat sederhana,” ujarnya.
Ketika permasalahan teknologi telah teratasi, tinggal bagaimana IKM mampu menghasilkan barang sesuai dengan pasar. Melalui gerakan nasional bangga buatan Indonesia sebenarnya pasarnya sudah ada. Pemerintah juga sudah
mengimbau Kementerian dan Lembaga untuk belanja produk lokal.
“Jadi, kebijakan afirmatif ini harus kami sikapi dengan membina IKM nya supaya memenuhi (pasar). Nah, memang tantangan besar adalah bagaimana pasar yang sudah tercipta ini kita harus tingkatkan,” pungkasnya.