Palembang, Pelita Sumsel – Gubernur Sumsel Herman Deru mengajak jajaran Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel untuk ikut terlibat langsung dalam menyukseskan Festival Olahraga Rekreasi Masyarakat Nasional (Fornas) VI yang akan digelar Juli 2022 mendatang.
Hal itu disampaikannya sesuai menjadi Irup pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2022 yang dipusatkan dihalaman Griya Agung Palembang yang melibatkan para Kepala Sekolah, Guru dan Siswa/siswi SMA/SMK se Sumsel, Jumat (13/5) pagi.
Menurutnya Suksesnya penyelenggaraan Fornas ini tidak lepas dari peran semua lapisan masyarakat termasuk di jajaran Dinas Pendidikan Sumsel.
“Bukan keikutsertaan dan prestasi saja yang kita gapai tapi kita harus siap menjadi tuan rumah yang baik bagi atlit-atlit olahraga tradisional se Indonesia. Saya ingin seluruh jajaran Dinas Pendidikan sampai tingkat desa berada pada garda terdepaan menyukseskannya,” harap Herman Deru.
Sementara itu dalam sambutan tertulisnya Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi RI, Nadiem Makarim yang dibacakan Gubernur Herman Deru menegaskan selama dua tahun terakhir, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, bahkan tidak terbayangkan bagaimana cara mengatasinya.
“Hari ini, saudara-saudariku, adalah bukti. Bukti bahwa kita jauh lebih tangguh dari semua tantangan, lebih berani dari rasa ragu dan tidak takut untuk mencoba. Kita tidak hanya mampu melewati, tetapi berdiri di garis depan untuk memimpin pemulihan dan kebangkitan,” katanya.
Lebih lanjut Herman Deru menyebut Kurikulum Merdeka, yang berawal dari upaya untuk membantu para guru dan murid di masa pandemi, terbukti mampu mengurangi dampak hilangnya pembelajaran. Kini Kurikulum Merdeka sudah diterapkan di lebih dari 140.000 satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Itu berarti bahwa ratusan ribu anak Indonesia sudah belajar dengan cara yang jauh lebih menyenangkan dan memerdekakan.
“Anak-anak kita juga tidak perlu lagi khawatir dengan tes kelulusan karena Asesmen Nasional yang sekarang kita gunakan tidak bertujuan untuk “menghukum” guru atau murid, tetapi sebagai bahan refleksi agar guru terus terdorong untuk belajar, supaya kepala sekolah termotivasi untuk meningkatkan kualitas sekolahnya menjadi lebih inklusif dan bebas dari ancaman tiga dosa besar pendidikan,” katanya.