Tekan Inflasi, Sekda Sarankan Masyarakat Konsumsi Cabai Kering

waktu baca 3 menit
Kamis, 26 Jan 2017 11:20 0 178 Admin Pelita

Palembang, Pelita Sumsel — Mengenai pembahasan masalah inflasi tentu saja tidak pernah berlari dari cabai, saat ini cabai harganya sedang meningkat yang dimana perlu ada program yang di tujukan untuk menetralisir inflasi. Gerakan untuk menggunakan cabai olahan seperti cabai kering yang lebih tahan lama menjadi salah satu terobosan netralisir inflasi. Hal ini disampaikan Pelaksana tugas Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Selatan Joko Imam Santosa dalam rapat koordinasi pembahasan rencana kegiatan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) provinsi Sumsel di Ruang Rapat Besar Bank Indonesia. Kamis (26/01).

Inflasi merupakan meningkatnya harga-harga secara dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi termasuk juga adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Terkait masalah inflasi Joko mengajak Dinas Pertanian untuk mengembangkan kesempatan asiosiasi sabagai penghasil olahan pertanian, contohnya seperti mengolah cabai kering yang secara peruntukan lebih awet dibandingkan cabai pada umumnya. Tentu saja ini menjadi terobosan dalam menekan laju inflasi yang saat ini dialami.

“Inflasi harus diatasi dan ditanggulangi dengan mengeluarkan program-program kebijakan untuk mengatasi inflasi,”himbaunya

Lanjut Joko menguraikan, yang harus terealisasi di tahun 2017 antara lain, Sosialisasi dan pembentukan TPID tingkat kabupaten/kota yang saat ini baru lubuk linggau dan kota Palembang yang ada TPID. TPID memiliki peran yang sangat strategis jadi akan sangat lebih baik kalau seluruh kabupaten/kota segera bentuk TPID.

“Sehingga pengaruh TPID itu eksistensinya lebih mudah diketahui Birokrat, tentunya akan memudahkan dalam pemahaman yang lebih baik,”tegasnya.

Joko menambahkan, dalam menekan laju inflasi perlu adanya perbaikan kualitas data produksi dari data Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, dan Dinas Perdagangan serta data konsumsi pada Badan Ketahanan Pangan. Apalagi Sumsel dua tahun berturut-turut surplus beras yang akan disusul dengan yang lain-lain.

“Saya berharap SKPD lebih aktif sekaligus mencari akar permasalahan terhadap inflasi tentu saja yang berkaitan dengan fungsi SKPD tersebut” harapnya.

Dikatakan Joko, Provinsi di pulau Sumatera itu ada 10 provinsi, merupakan provinsi terbanyak yang separuhnya melingkar di Sumsel yang dulu namanya SumbagSel. Ini terbukti investasi terbesar di pulau Sumatera itu adalah di Sumsel dengan sumber daya alam yang luar biasa nomor lima setelah Papua, Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Timur, dan Riau. Sebetulnya geliat Sumsel itu secara geografisnya lebih dekat ke Singapur daripada Jakarta yang ditempuh dalam jarak udara.

“Mangkanya Sumsel punya program kawasan ekonomi khusus yang betul-betul memicu pertumbuhan ekonomi di Sumsel,” tegasnya.

Turut hadir pada kesempatan ini Asisten II Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Setda Sumsel Ir. H. Yohanes H Toruan, Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi dan keuangan provinsi Sumsel I Gusti Bagus Surya Negara, Hamid Ponco Wibowo Kepala Perwakilan Bank Indonesia Palembang. (ril)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    LAINNYA