Inflasi Sumsel Juni 2020 Tetap Rendah 

waktu baca 4 menit
Rabu, 15 Jul 2020 15:48 0 194 Admin Pelita

Palembang, Pelita Sumsel – lnflasi lndeks Harga Konsumen (lHK) Provinsi Sumatera Selatan terpantau berada dalam kisaran target inflasi nasional. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, Hari Widodo mengatakan Provinsi Sumatera Selatan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,20% (mtm), lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0.16% (mtm). 

“lnflasi bulanan yang terjadi pada bulan Juni 2020 terutama disumbang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau serta kelompok perawatan pribadi. Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi IHK Juni 2020 tercatat sebesar 1,72% (yoy) dengan inflasi tahun kalender sebesar 1,13% (ytd). Realisasi inflasi tahunan tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 1,96% (yoy), namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi regional Sumatera yang sebesar 0,69% (yoy)”, ujarnya. 

Seperti rilis  yang diterima redaksi Pelita Sumsel, inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau terutama disumbang oleh peningkatan harga komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras. Kenaikan harga daging ayam ras didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat menyusul pelonggaran kebijakan aktivitas masyarakat oleh pemerintah. 

Sementara itu. dari sisi supply, produksi Day Old Chlck (DOC) bibit ayam mengalami penurunan sehingga mempengaruhi pasokan bibit ayam ke peternak. Di samping itu, kenaikan harga jagung juga menyebabkan tingginya harga pakan ternak. Selanjutnya, naiknya harga telur ayam ras di level pedagang terjadi karena tingginya permintaan masyarakat akan bahan makanan tahan lama di tengah penyebaran pandemi COVID-19 yang masih terjadi hingga akhir bulan Juni 2020.

Tingginya permintaan tersebut tidak diikuti oleh jumlah pasokan yang memadai sehingga terjadi kenaikan harga komoditas telur ayam ras. Kenaikan harga kedua komoditas ini juga terpantau dalam hasil survei Pusat lnformasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Kota Palembang dan Kota Lubuklinggau periode Juni 2020. 

Meskipun demikian, laju inflasi Provinsi Sumatera Selatan tertahan oleh penurunan harga beberapa komoditas seperti bawang putih, cabai merah dan gula pasir. Relaksasi impor luar negeri yang diterapkan pemerintah dan adanya penambahan kuota impor Gula Kristal Putih (GKP) membuat pasokan bawang putih dan gula pasir dalam negeri tercukupi. Sementara itu, hasil panen cabai merah dari daerah sentra yang melimpah mengakibatkan tercukupinya kebutuhan cabai merah di Provinsi Sumatera Selatan . 

Secara spasial, kota Lubuklinggau mencatatkan inflasi tertinggi dengan realisasi 0,31% (mtm). lnflasi bersumber dari kenaikan harga daging ayam ras, telur ayam ras dan angkutan antar kota. Kenaikan tarif angkutan kota sejalan dengan banyaknya operator bus yang mulai mengoperasikan armadanya dan adanya kenaikan kapasitas penumpang yang boleh diangkut menjadi 70% sebagaimana yang tertuang dalam SE Dirjen perhubungan Darat Kementerian Perhubungan No. 11 Tahun 2020. Serupa dengan Kota Lubuklinggau. Kota Palembang juga terpantau mengalami inflasi sebesar 0,19% (mtm). Meningkatnya harga daging ayam ras dan telur ayam ras luga menjadi pemicu laju inflasi di Kota Palembang. Secara tahunan, Kota Palembang dan Kota Lubuklinggau masing-masing mengalami inflasi sebesar 1 ,75% (yoy) dan 1,37% (yoy). 

Pada Juli 2020, Provinsi Sumatera Selatan diperkirakan akan mengalami inflasi yang lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi bulan sebelumnya. lnflasi diprediksi terjadi karena tekanan pada kelompok volatile food seiring naiknya harga beberapa komoditas makanan menjelang HBKN ldul Adha. Selain itu, inflasi juga diperkirakan bersumber dari kenaikan harga emas pada kelompok inti dan kenaikan tarif angkutan udara pada kelompok administered prices. Harga emas diperkirakan akan mengalami penguatan pada bulan Juli 2020 karena adanya kekhawatiran gelombang kedua (second wave) penyebaran virus COVID-19 di seluruh dunia. Emas menjadi pilihan investasi karena dinilai sebagai safe haven instruments di tengah ketidakpastian ekonomi global. Sementara itu, kenaikan tarif angkutan udara disebabkan oleh kebijakan relaksasi kapasitas penumpang memasuki kondisi kenormalan baru. Namun demikian, laju inflasi diperkirakan tertahan oleh terjaganya pasokan beras di Gudang Bulog selama 6-7 bulan ke depan dan tercukupinya pasokan gula pasir yang dipenuhi dar impor luar neqeri. 

Melihat perkembangan inflasi hingga Juni 2020, inflasi Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 diperkirakan terkendali pada rentang 3,0+%  dengan kecenderungan bias ke bawah. Hal ini tidak lepas dari peran aktif dan sinergi yang baik antara Tim Pengendalian lnflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Selatan dan pihak terkait untuk memastikan ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi kebijakan. (jea/rilis)

LAINNYA