Palembang, Pelita Sumsel – Bantuan yang telah disalurkan oleh Dewan Kesenian Palembang (DKP) dimasa pandemi covid-19, khususnya untuk pelaku seni di Palembang terbagi 5 tahapan.
Ketua DKP Iqbal Rudianto, mengatakan, semenjak perekonomian terpuruk. DKP bergerak cepat menginisiasi secara langsung dan cepat untuk menindak lanjuti dampak tersebut dan mengajak teman-teman serta donatur menggelar sebuah agenda sosial yakni bantuan untuk seniman.
“Kegiatan yang pertama itu donasi sembako kepada pekerja seni dan pengurus DKP,” ucap pria yang akrab disapa Didit ini.
Karena gerakkannya cepat, waktu di awal DKP mengumpulkan donatur ditahap pertama sama donasi yang kita kumpulkan hanya dalam waktu seminggu
“Seingat saya tahap awal itu, kita berikan bantuan untuk seniman dan pengurus itu berupa satu karung beras 5 kg, dan uang 50 ribu perorang,” terangnya.
“Jumlah penerima bantuan itu lebih kurang 200 pekerja seni yang mendapatkannya,” sambung Didit.
Karena taHap pertama ini dinyatakan sukses, dan waktu itu belum ada bantuan yang masuk lagi, maka DKP melanjutkan kembali mencari bantuan untuk tahap kedua,
Hal itu karena masih banyak pekerja seni terdampak covid-19 yang belum mendapatkan bantuan.
“Tahap kedua kita dapat dari salah satu donatur asal Sumsel yang bisa kita salurkan 100 paket sembako,” jelasnya.
“Tahap ketiga juga kita dapat bantuan lagi dari donatur juga sebanyak 100 paket sembako,” kata Didit.
Tahap keempat, itu bantuan dari kementrian Pariwisata berupa sembako, ini yang lebih banyak, karena DKP bekerjasama dengan Kedinasan Pariwisata.
Artinya banyak pekerja seni yang tergabung di DKP maupun yang mendaftar difasilitasi oleh DKP mendapatkan bantuan.
Tahap kelima adalah bantuan dari Kemenpar Ekraf. Jadi ada 2 tahap bantuan dari pemerintah yang berhasil kita salurkan untuk pekerja seni.
Dari tahap awal sampai tahap akhir ini, lebih dari 500 pekerja seni yang menerima bantuan dari DKP, dibantu juga bersama donatur dan pihak kementerian.
DKP sempat mendata seniman Palembang itu sekitar 600 orang, cuma data seniman yang real itu diperkirakan bisa sampai di angka 2000 orang.
“Karena memang posisinya waktu itu penerima bantuan ini dikasih deadline oleh dinas terkait, yang kita kumpulkan kemarin baru 600 data pekerja seni,” ungkapnya.
lanjut Didit, semenjak waktu itu kita terbatas karena status Palembang zona merah dan dinyatakan PSBB, dan negara menyatakan keadaan baru atau istilahnya new normal DKP mencoba berkonsolidasi bersama pengurus untuk membuat suatu agenda.
Guna merancang kegiatan apa yang bisa dilakukan pekerja seni dikota Palembang selama covid-19 ini.
Kedua, karena status new normal ini masih belum banyak di pahami, mungkin diawal pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak pemerintah dan pihak terkait, tentang bagaimana iklim berkesenian ke depan di era new normal ini
Setalah tahap koordinasi itu, mungkin kita baru bisa menjalankan kembali program-program kerja yang dimiliki DKP,
Artinya ini baru kita mulai lagi, di era new normal semoga iklim kesenian di kota Palembang masih mampu berkarya, masih mampu berbuat, dan memberikan kontribusi terhadap kota Palembang dalam rangka peningkatan perekonomian
Kondisi real dilapangan, sebenernya pekerja seni itu bukan mengharapkan bantuan, tapi sebenarnya sebuah kehidupan di iklim kesenian yang normal kembali, baik itu aktivitas seni, pertunjukan seni itu lebih dibutuhkan pekerja seni dibanding masalah sembako.
“Bukan berarti sembako tidak dibutuhkan, kalau melihat faktanya sembako itu hanya bisa bertahan satu minggu ada yg malahan kurang dari seminggu sudah habis mungkin karena bantuannya terbatas dan sebagainya,” tutupnya. (Fly)