HMI Gelar Dialog Soal Kaum Milenial dalam Pusaran Politik Pilkada Serentak 2020

waktu baca 3 menit
Kamis, 20 Feb 2020 18:08 0 174 Redaktur Romadon

Palembang, Pelita Sumsel – Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Sumatera Bagian Selatan (Badko HMI Sumabgsel) bekerjasama dengan DPW PGK Sumsel Dialog Kebangsaan dengan tema “Kaum Milenial dalam Pusaran Politik Pilkada Serentak 2020” di Guns Cafe n Resto Palembang, Kamis (20/02/2020).

Politisi Nasional sekaligus Ketua Umum Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Bursah Zarnubi saat menjadi salah satu Narasumber mengungkapkan bahwa iaum milenial yang identik dengan kedinamisannya, saat ini menduduki posisi sentral dalam struktur kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan sosial yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, dan generasi yang dekat dengan kemajuan teknologi adalah generasi milenial.

“Berbicara kaum milenial tidak bisa lepas dari bonus Demografi yang diperkirakan akan terjadi pada kurun waktu 2020-2030, karena generasi ini menjadi bagian terbesar didalam angkatan kerja usia produktif di era bonus demografi,” papar Bursah.

Lebih lanjut, dalam satu dekade terakhir, peran milenial sudah merambah ke dalam kehidupan perpolitikan. Dengan jumlah populasinya yang besar saat ini, di momentum Pilkada Serentak pada 23 September 2020 nanti, tentu memiliki peranan vital.

“Dan diharapkan generasi milenial juga dapat terus bersinergi dan berkontribusi meningkatkan partisipasinya dalam mengawasi jalannya proses demokrasi dan Pemilihan Kepala Daerah. Selain itu juga harus berperan aktif dalam mengkampanyekan proses politik sehat,” jelasnya

Sementara itu,  Pakar Political Marketing, Dr Markoni Badri mengungkapkan bahwa terkait kaum milenial dalam Pusaran Politik menelisik dari dua perspektif. Perspektif pertama Generasi Milenial sebagai peserta Proses Demokrasi.

“Dalam catatan sejarah, kaum muda sudah mengisi posisi sebagai seorang pemimpin. Tetapi saat ini proses politik kita saat ini sudah dalam cengkraman oligarki, banyak kaum milenial yang mencoba untuk menjadi calon pemimpin hanya mengandalkan nama besar keluarga, bukan karena memiliki kapabilitas,” ujarnya.

Dalam perspektif kedua, generasi milenial sebagai pemilih dan keikutsertaannya dalam menyokong serta mengawasi jalannya proses demokrasi, generasi milenial harus menjadi pemilih cerdas, jangan terbuai dengan politik uang, dan harus menjadi motor dalam gerakan politik sehat.

Senada Tokoh Aktivis Sumsel Husyam Usman mencermati bahwa fenomena politik uang sudah semakin mewabah. Dan fenomena ini membuat peluang generasi milenial dalam kancah perpolitikan semakin sulit. Karena generasi milenial identik dengan keminiman finansial dan jaringan.

“Dan salah satu hal yang bisa dilakukan oleh generasi milenial untuk mendobrak keadaan ini adalah dengan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki generasi milenial yaitu kemampuannya menguasai teknologi,” ujarnya.

Dengan kemampuan ini, generasi milenial dapat tampil dan memanfaatkan sosial media dengan menciptakan hastag-hastag yang membangun kepercayaan serta menyadarkan masyarakat agar dapat menolak proses politik yang tidak sehat.

Dikesempatan yang sama, Kapolda Sumsel diwakili Kasubdit I Intelkam AKBP Sigit menerangkan bahwa dari sisi keamanan, konflik biasanya banyak tercipta setelah hasil pelaksanaan pesta demokrasi berjalan. Keberhasilan jalannya suatu proses demokrasi 80 persen ada ditangan penyelenggara Pemilukada, dan sudah jadi kewajiban bersama untuk mengawasi kinerja penyelenggara. Hal ini adalah bentuk antisipasi pencegahan konflik.

“Mari bersama kita jaga predikat zero konflik yang disandang provinsi Sumsel, dengan menjaga dan berpartisipasi aktif, terutama dalam pengantisipasian konflik yang tercipta dalam gelaran Pilkada serentak mendatang,” tandasnya. (Yfr)

LAINNYA