Petani Kopi Harus Berbenah

waktu baca 3 menit
Selasa, 17 Apr 2018 16:53 0 150 Redaktur Pelita Sumsel

Pagaralam, Pelita Sumsel – Sebagaimana kawasan pegunungan, Kota Pagaralam memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Kota ini sering dijuluki kota wisata dan pertanian, termasuk tanaman kopi menjadi dominan ditanam petani di Bumi Besemah ini. Namun, petani harus berbenah dalam penanganan kopi hingga pada penjualannya, Selasa (17/4).

Kopi yang enak dilihat dari kualitas yang diberikan, baik itu kualitas rasa, dan biji kopi itu sendiri. Menurut Barista di Cafe 16:20 Gunung Gare Roy Dela Sato, dia berpendapat bahwa petani Pagaralam mesti berbenah. Hal itu demi menjadikan kopi Pagaralam di kena dikanca nasional bahkan internasional.
“Memang sudah ada yang dijual di negara lain, namun hanya beberapa yang memang menjaga kualitas. Kalau di kanca nasional, kopi kita memang sudah dikenal, namun tidak masuk nominasi 16 kopi terbaik yang diakui pemerintah,” kata dia.

Lanjut Roy, pembenahan dari segi kualitas harus dilakukan petani. Dikatakannya, sepulang dari uji kompetensi barista di Belitung beberapa waktu lalu, rekan rekannya menyukai cita rasa kopi Pagaralam. Hal itulah yang menjadi optimisme Roy bahwa Kopi Pagaralam bisa dikenal layaknya kopi Semende dan Empat Lawang yang telah diakui pemerintah.

“Di Sumatera Selatan hanya kopi Semende Kabupaten Muara Enim dan Empat Lawang yang masuk, nah Pagaralam sebagai penghasil kopi terbesar juga sebenarnya bisa. Ditingkat petani, jangan ada lagi petik kopi yang masih mentah, harus petik merah, jangan menjemur di atas tanah, usahakan jemur diatas terpal atau lantai semen,” ujar dia.

Perbaikan kualitas memang akan mempengaruhi cita rasa kopi yang diminum. Contohnya, kopi yang petik merah akan beda rasanya dengan petik hijau.
“Kalau kualitasnya bagus, saya juga bisa bantu jual ke rekan rekan di daerah lain. Sudah pasti harga jualnya bakal lebih tinggi dari biasanya. Biasanya petani jual pada tauke, yang harganya lebih murah, karena perlakuannya kurang maksimal,” tutur dia.

Roy sungguh berharap, Pagaralam dapat menjadi tuan rumah bagi produknya sendiri. Kopi Pagaralam dikenal atas nama Pagaralam, agar bisa mensejahterakan petani karena daya jual tinggi.
“Kualitas berbanding lurus dengan harga, ada harga ada rupa. Nah itulah yang tengah kami ajarkan pada petani. Kami harap, keilmuan yang saya dapatkan ini, bermanfaat bagi perkembangan pertanian di bidang kopi,” imbuhnya.

Sementara itu, David Amral petani kopi di Kecamatan Dempo Utara Kota Pagaralam mengungkapkan, bahwa petani selama ini hanya mengetahui panen kopi dengan cara memetik seluruh gugusnya. Tak peduli kopi tersebut sudah merah, atau masih hijau.
“Asal dalam satu gugus buah ada 1 atau 2 yang merah, dianggap yang masih hijau sudah tua. Menjemurnya pun masih diatas tanah, kami baru tahu ternyata mempengaruhi kualitas kopi. Kalau memang ingin memperbaiki kualitas, kami bersedia petik merah, asal penjualannya jelas,” ungkapnya. (Ar)

Redaktur Pelita Sumsel

Media Informasi Terkini Sumatera Selatan

LAINNYA