Palembang, Pelita Sumsel – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Syari’ah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang menggelar kegiatan Bantuan sosial (Baksos) untuk yatim piatu dan anak kurang mampu di panti asuhan Faturrahman Al Barokah dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional serta tasyakuran penganugrahan Pahlawan Nasional Lafran Pane,(Minggu, 12/11). Dilanjutkan dengan kegiatan ziarah kubur ke makam Ketua Umum HMI Cabang Palembang Pertama Letkol Drs. Rusdi Chosim di Makam Pahlawan Palembang.
Di hadapan 150 anak panti asuhan Faturrahman al barokah, Muslim yang nerupakan Ketua Umum HMI Komfak Syariah dan Hukum UIN Raden Fatah Palembang, mengatakan bantuan yang diberikan diharapkan dapat membantu anak-anak yang berada di panti asuhan khususnya membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Sebenarnya kami ingin membantu lebih untuk panti asuhan Faturrahman Al barokah, kita lihat saja dari fisik bangunan fisik panti ini membutuhkan banyak renovasi. Sungguh ini kurang layak ditempati oleh anak-anak calon penyambung estafet kepemimpinan bangsa ini.” ungkap Muslim.
Bantuan yang kita berikan ke panti asuhan Faturrahman Al Barokah, baik itu pakaian layak pakai, sembako dan sebagian uang merupakan hasil dari sumbangan dari pengggalangan dana di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden Fatah dan sumbangan dari kader dan alumni HMI komfak Syariah dan Hukum.
Muslim menambahkan baksos dan ziarah kubur kali ini dalam rangka memperingati hari 10 november 1945 dan tasyakuran atas di nobatkannya Lafran Pane (pendiri HMI) sebagai Pahlawan Nasional.
“Seperti kita ketahui, 10 november 1945 adalah peristiwa sejarah perang pertama kali bagi Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. Peristiwa perang antara Tentara Indonesia melawan Pasukan Britania Raya dikatakan oleh sejarahwan perperangan terbesar yang ada di muka bumi setelah perang dunia ke II dan menjadi nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme” ucapnya.
Begitu juga penganugrahan Prof Drs H Lafran Pane sebagai Pahlawan Nasional oleh bapak Presiden Jokowi merupakan suatu kelayakan dan keharusan bagi diberikan pemerintah, mengingat pemikiran Lafran Pane sangat layak di konsumsi nasional bahkan internasional.
Muslim menjelaskan berbeda dengan Sanusi Pane dan Armijn Pane yang lebih populer di dunia sastra, publikasi dan karya kreatif, Lafran Pane lebih memilih menjadi pejuang muda yang memutuskan terjun langsung ke kancah pergerakan nasional Indonesia yang baru berdiri.
“Salah satu pemikiran beliau mendirikan HMI adalah Nasionalisme dan Islamisme, dua hal ini di konstruksikan secara dalam wadah HMI. Dari sini kelihatannya pemikran Lafran Pane telah mendahului zamannya, yang di kelak kemudian hari, saat dimana ideologi Pancasila dalam beberapa momen dipertanyakan kembali, HMI kokoh pada pijakan ideologis saat berdiri: bangun Republik Indonesia berdasarkan Pancasila” jelas muslim.
Gagasan itu menjadi virus endemis yang membius, menembus batas-batas kampus di seluruh tanah air. Sehingga HMI menjadi organisasi ekstra kampus paling besar dari lahir hingga sekarang ini. (DJ)