Pelita Sumsel – Lebih dari setahun Indonesia dan dunia masih dibayangi pandemi virus corona (Covid-19). Dampak pandemi pun kian terasa di berbagai lini, termasuk sektor ekonomi. Banyak orang yang kehilangan mata pencaharian, sementara yang lainnya mengalami kesulitan finansial.
Kendati demikian, pandemi justru tak menyulutkan daya juang masyarakat, khususnya perempuan Indonesia dalam mencari nafkah demi keluarga tercinta.
Salah satunya yakni Nia Riyanti yang sejak Juli 2020 bekerja sebagai driver ojek online (ojol). Nia merupakan salah satu karyawan yang mengalami pemutusan kerja akibat pandemi Covid-19.
“(Saya dulu) kena pengurangan karyawan. Awalnya (diberhentikan) karena Covid karena takut kalau banyak orang bisa menularkan di kantor. Jadi dikurangilah (karyawannya),” kata perempuan berusia 35 tahun itu.
Meski sedih, namun Nia tak patah arang. Apalagi sebagai pencari nafkah tunggal keluarga, ia harus menghidupi kedua orangtuanya.
“Saya sendiri (yang bekerja). Bapak saya sudah tua, tidak bisa bekerja lagi,” kata Nia.
Kemudian atas rekomendasi seorang teman, ia pun membulatkan tekad mendaftarkan diri sebagai driver Maxim.
Perempuan yang berdomisili di Jakarta Pusat tersebut mengatakan dirinya menjatuhkan pilihan pada Maxim karena ia menilai aplikasinya lebih mudah diterima masyarakat dan mudah digunakan.
“Kelebihannya karena aplikasinya mudah diterima oleh masyarakat. Maxim aplikasi yang murah dan praktis, kalau kata customer,” terang Nia.
Sejauh ini, menurut Nia, penghasilannya sebagai driver sangat membantu perekonomian keluarga di tengah pandemi yang tak kunjung usai.
“Penghasilannya lumayan, sangat membantu faktor ekonomi kehidupan saya sekarang,” imbuhnya.
Dalam sepekan, Nia biasanya hanya mengambil libur satu atau dua hari untuk beristirahat. Dalam sehari, ia bisa mengantongi sepuluh hingga lima belas orderan. Customer-nya pun beragam, mulai dari mahasiswa hingga karyawan swasta.
Sebagai driver perempuan, Nia sempat menghadapi beberapa tantangan, salah satunya ia pernah ditolak customer hanya karena ia seorang perempuan.
“Saya pernah di-cancel (orderannya) karena (customer) tahu kalau driver-nya cewek, satu sampai dua kalilah kira-kira,” ujar Nia.
Meski demikian, Nia tak patah arang dan tetap gigih mengambil orderan.
Selain Nia, adapun Siti Rosmalia yang juga bekerja sebagai driver Maxim sejak awal Agustus lalu. Sebagai pencari nafkah tunggal, Siti mengaku pandemi Covid-19 sempat berpengaruh terhadap kondisi keuangan keluarga. Apalagi ia harus menghidupi ibu, adik, dan anaknya.
Perempuan berusia 37 tahun itu berujar, pilihannya jatuh kepada Maxim karena ia menilai aplikasinya lebih user friendly untuk digunakan sehari-hari.
Dia juga menambahkan bahwa tarif yang diusung Maxim lebih bersaing dibandingkan kompetitor. Hal inilah yang menjadi pertimbangan utama mengingat saat ini Siti tidak memiliki usaha sampingan apapun.
Sebagai salah satu penyedia layanan transportasi online di Indonesia, Maxim berkomitmen untuk membuka peluang kemitraan dengan siapa pun, tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan tertentu.
Di Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret, Maxim ingin menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya kepada para mitra, khususnya mitra perempuan yang tetap gigih bekerja di tengah pandemi.
Hingga saat ini, Maxim telah beroperasi di 55 kota di seluruh Indonesia dan akan terus memperluas cakupan operasionalnya. Selain Indonesia, Maxim juga populer di 17 negara di dunia.
Selamat Hari Perempuan Internasional bagi para perempuan hebat Indonesia!