Jakarta, Pelita Sumsel – Pidato Presiden pada bulan Agustus setiap tahunnya tidak dikenal dalam konstitusi namun dalam perjalanan bertata negara telah menjadi konvensi tradisi yang baik didalam memperkuat konstitusi.
Konvensi pertama kali dan diadopsi dari pidato Presiden Amerika Serikat George Washington pada tahun 1789 untuk membangunkan semangat kebangsaan warga Amerika Serikat yang baru merrdeka dengan cara revolusi dari Inggris.
“Di Indonesia Presiden Soekarno berpidato di bulan Agustus di Istana Merdeka Jakarta. Presiden Suharto pidato Agustus di Sidang Paripurna terbuka di didepan DPR. Sidang Tahunan MPR pidato di depan anggota MPR yang terdiri dari anggota DPR dan anggota DPD”, kata Margarito Khamis ilmuwan tatanegara di Jakarta (20/7/2020) saat menjadi pembicara dalam diskusi yang digelar oleh MPR RI.
Konvensi yang baik, jelasnya lagi, seharusnya juga harus diketahui oleh warga negara. Konvensi pidato Agustus kita bedanya didasari pada nilai nilai sila ke 4 dari Pancasila yang menekankan pada hikmah kebijaksanaan bukan pada liberalisme.
Akan tapi dikarenakan pidato Agustus adalah merupakan momen kemerdekaan, pidato Presiden juga harus dapat bisa menggugah kita sebagai bangsa dan kebangsaan, jelasnya
Sejak mulai dari orasi perjalanan, kemajuan dan mau dibawa kemana bangsa ini kedepannya, tambahnya.
“Mozaik ini harus dijaga untuk memperkaya perjalanan konstitusi yang kita miliki didalam bernegara”, harapnya.
Antara lain dalam mencari konsolidasi pemikiran tata negara pada masa mendatang, cukup satu sidang saja yang digelar yakni oleh MPR yang beranggotakan anggota DPR dan DPD.
Adapun salah satu tema yang akan jadi fokus adalah amandemen tentang GBHN dalam konstitusi, yang sejak dihapus telah menimbulkan oligarkhi politik serta kekayaan alam yang di kuasai oleh segelintir orang yang didasarkan visi misi Presiden dan kebijakan Presiden.
Agenda lainnya adalah pemilhan presiden oleh MPR untuk menekan pemodal besar agar tidak membiayai calon presiden yang berbiaya mahal disisi lain pemilih terpaksa harus memilih capres yang tidak dikenalinya, akan tetapi mau juga menggunakan hak pilihnya setelah dengan alasan pragmatis oleh uang dari tuannya, kata Margarito dari aktivis Islam modern ini,
Bahwa saya mau bilang sidang tahunan MPR adalah satu kreasi yang pantas saja sebagai kita berhikmah pada Pancasila. “Saya berharap panggung sidang tahunan ini menjadi panggung kebangsaan untuk Presiden dalam mengagungkan pikiran-pikiran tentang hal-hal hebat yang akan dicapai di tahun depan, “pungkasnya. oce