Palembang, Pelita Sumsel – Gubernur Sumsel Herman Deru mengundang langsung Kepala BMKG Nugo Putratijo di ruang tamu gubernur, Selasa (28/4). Pertemuan tersebut salah satunya membahas antisipasi anomali cuaca di Provinsi Sumsel kedepan.
Berdasarkan pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya, Gubernur Herman Deru ingin mengantispasi sejak dini. Oleh karena itu dia meminta kepada pak Nuga bersama teman-teman untuk melaporkan tentang keadaan cuaca yang sekarang, baik itu tentang dampak badai La Nina, El Nino dan sebagainya.
“Kita harus punya perhitungan dengan teknologi yang ada, kira-kira curah hujan itu kapan dan kapan berhentinya sehingga kita mengantisipasinya termasuk memberikan bantuan -bantuan peralatan di kabupaten / kota,”ungkapnya.
Seperti pada tahun lalu (2019) misalnya di cuaca Sumsel cenderung minim musim hujan bahkan didominasi musim kemarau hingga sepanjang sembilan bulan yang mengakibatkan panas, rawa kering dan ancaman karhutla.
“Pada 2019 kita termasuk lahan yang sangat banyak terbakar akibat karhutla. Pada tahun ini atas dasar pengalaman 2019 kamarin bahkan puncaknya karhutla pada tahun 2015 maka kita harus punya perhitungan yang tepat,”ungkapnya.
Menurutnya, ada 10 kabupaten di Sumsel yang rawan terjadi Karhutla, artinya modal perhitungan cuaca kedepan sangat penting. Terlebih dalam waktu dekat pihaknya akan segera memperbaruu lagi Satgas Karhutla.
“Disini karena belajar dari tahun-tahun sebelumnya saya akan tunjuk para Bupati/Walikota dalam 10 kabupaten terpapar itu akan menjadi bagian dari satgas Provinsi, tapi dia juga menjadi ketua di satgas kabupatennya,”katanya.
“Ini bedanya, kalau dulu bupati /walikota hanya menjadi ketua satgas di daeranya sendiri, kalau sekarang kita jadikan Bupati/Walikota yang terpapar karhutla menjadi bagian dari kesatgasan Karhutla di Provinsi,”sambungnya.
Semua yang berpotensi Karhutla seperti ini menurutnya adalah kehutanan, maka dia meminta Dinas Kehutanan untuk menginventarisasi hutan yang mana dapat diproduktifkan dengan keanekaragaman apa saja yang penting itu menjadi produktif.
Kemudian yang memang lingkungannya harus di restorasi, dia juga meminta badan restorasi gambut dibawah kendali Dinas Lingkungan agar betul-betul bisa bekerja optimal temasuk mengedukasi masyarakat agar tidak merusak rawa dan membuatnya menjadi profuktif.
“Untuk membuatnya produktif salah satu yang kita coba kopi Liberica yang tumbuh dilahan gambut untuk di optimalkan. Dengan sebesar 1,4 juta hutan kita ini, yang rata rata sudah kondisi parah bagaimana kita restorasi minimal tidak menghasilkan asap lagi dengan cara lahan itu dipelihara,”tuturnya.
Dalam kesempatan itu Ia juga menegaskan kepada seluruh korporasi yang bergerak di bidang perkebunan atau yang sudah memiliki HGU untuk segera produktif.
“Jika kalau terjadi kebakaran percayalah tahun ini akan di cabut izinya. jadi kita tidak bercanda dalam hal ini,”pungkasnya. (yfr)