PALEMBANG, Pelita Sumsel – Leti Karmila (28), seorang Ibu rumah tangga (IRT) bersama seorang anaknya Akbar (3) terjebak didalam lift Ligth Rail Transit (LRT) stasiun Ampera. Meski sempat panik karena terjebak didalam selama kurang lebih 15 menit, namun akhirnya lift dapat dibuka oleh pihak LRT melalui sistem dan berhasil menyelamatkan dua beranak tersebut, Selasa (29/01/2019).
“Selama berkisar 15 menit kami terjebak dalam lift, sempat khawatir karena saya bawa anak saya,” kata Leti yang tercatat sebagai salah satu mahasiswa pasca sarjana ilmu komunikasi Universitas Islam Bandung itu saat dimintai keterangan.
Diceritakan Leti, ia terkejut ketika berada didalam lift yang sedang berjalan turun karena mendadak lampu lift mati dan lift berhenti tiba-tiba. Kemudian lampu lift hidup lagi dan lift sudah tidak bisa terbuka, ketika menekan tombol buka lift tetap terkunci. Dalam keadaan yang cukup panik dirinya terus menekan tombol darurat yang berada di dalam lift itu. “Otomatis dan spontan saya kaget mengetahui hal tersebut, saya langsung meminta bantuan dengan menekan tombol darurat yang terdapat sekeras kerasnya dan memanggil petugas menggunakan interkom yang tersedia dalam lift,” terang dia.
Setelah usai meminta pertolongan, lanjut Leti, akhirnya petugas LRT mampu mengeksekusi ia dan anaknya dengan membantu keluar dengan akhirnya mereka berdua dibawa menuju ruang medis pihak LRT.
“Saya berharap pihak LRT atau Kereta Api Indonesia (KAI) untuk lebih memperhatikan keselamatan baik bagi para pekerjanya maupun kalangan masyarakat yang menikmati fasilitasnya,” tutupnya.
Ditempat yang sama, Kepala Stasuin Ampera, Suwito, mengatakan untuk kejadian ini akan di evaluasi dan akan di bicarakan dengan pihak PT Waskita Karya.
“Kami mohon maaf sebesar-besarnya atas kejadian ini, mudah-mudahan kedepan tidak terjadi lagi,” katanya
Menurutnya pihaknya memang telah mengantisipasi jika terjadi mati lift karena sudah ada SOP.” Didalam ada stiker yang nenjelaskan kalau ada insiden,”ungkap Suwito
Sementara itu, Kepala lapangan PT Waskita Karya, Bambang mengungkapkan saat ini pihaknya telah membuat softwarenya untuk dibuat secara otomatis dan berjanji nanti kedepan segera memanggil tenaga ahli liftnya.
“Nantinya lantai satu berhenti, lantai 2 berhenti, terus, biar nantinya tidak terjadi berulang ulang, ini antisipasi jika terjadi lift macet,” ungkapnya
Karena, lanjut dia, ketinggian daripada stasiun Ampera berbeda dengan stasiun lainnya, dimana kalau umumnya setiap ketinggian stasiun yakni tiga meter.” Itulah lebih, jadi ngaturnya agak susah, jadi kalau dia berhenti, pasti berhenti total, kadang-kadang tidak pas di tengah, apalagi orang yang belum pernah naik lift pasti panik jika mengalami hal seperti dialami IRT itu,” sanggahnya.
Dikatakan Bambang, pihaknya akan melakukan evaluasi soal lift itu, terlebih lagi jika stasiun berada di area publik seperti stasiun Ampera.” Nanti kita kabari kalau mau evaluasi, kita harus berpikir karena tidak semua orang mengerti pengunaan lift, kami juga berharap kejadian serupa takkan terjadi lagi,” tutupnya. (yf)