Palembang, Pelita Sumsel-Memperingati Hari Perempuan Sedunia, Korps HMI Wati (KOHATI) HMI Komisariat Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum UIN Raden Fatah Palembang menggelar diskusi dengan tema “Fungsi dan peran perempuan serta pengaruhnya bagi kemajuan bangsa demi mewujudkan perempuan sebagai tiang Negara” Diskusi ini menghadirkan Komisioner KPU Sumsel Henny Susantih.,M.Pd. , Dr. Arne Huzaimah Sekretaris LPM UIN Raden Fatah Palembang dan Sekretaris Prodi Muamalah UIN Raden Fatah Armasito S.Ag., M.H. di gelar di ruang VIP Academic Center UIN Raden Fatah Palembang, Jum’at (10/03).
Mardiana selaku ketua umum KOHATI HMI Komfak Syari’ah & Ilmu Hukum menjelaskan dalam sambutannya Kohati akan tetap istiqomah menciptakan perempuan yang tangguh untuk mewujudkan tujuan KOHATI sesungguhnya. “Seorang perempuan sesungguhnya dengan tangan kirinya menggoyangkan ayunan dan tangan kanannya menggoyangkan dunia” Ucapnya.
Menurut Sekretaris LPM UIN Raden Fatah Palembang Dr. Arne Huzaimah., M.Hum memaparkan Perempuan sebagai seorang Pendidik yang pertama dalam keluarganya. “Generasi yang baik akan lahir dari seorang perempuan yang baik juga dan tugas perempuan harus memiliki pendidikan yang bagus guna menompang pendidikan generasi selanjutnya” Ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Komisioner KPU Sumsel Henny Susantih.,M.Pd. menjelaskan peran seorang Perempuan dalam kanca perpolitikan. “Dengan Konsep demokrasi warisan tradisi Yunani, jelas tidak mengikutkan perempuan dan budak. Dalam Jurnal Perempuan, disebutkan paling tidak ada dua persoalan perempuan dalam politik di Indonesia. Pertama, masalah keterwakilan perempuan yang sangat rendah di ruang publik. Kedua, masalah belum adanya partai politik yang secara konkret membela kepentingan perempuan.” Terangnya.
“Kuota 30% perempuan dalam parlemen merupakan sesuatu yang wajib menjadi perhatian. Banyak kaum feminis yakin, hadirnya perempuan dalam dunia politik akan memberikan harapan bagi perubahan politik yang arogan, korup, dan patriarkis” Jelas Henny
Henny menambahkan cita-cita menjadikan tiang negara bisa terwujud di Indonesia. Keterwakilan perempuan sebesar 30% yang dicetuskan Meutia Hatta bisa memberikan dampak besar jika tiap perempuan di Indonesia turut mendukung cita-cita ini. Dimulai dari menanamkan kesadaran kaum Hawa untuk mendukung keterlibatan perempuan dalam parlemen. Dimulai dari hal kecil. Bahkan di Swedia, perubahan ini muncul dari sebuah diskusi.
Dalam kesempatan itu juga, Sekretaris Prodi Muamalah Fakuktas Syari’ah dan Ilmu Hukum UIN Raden Fatah Palembang mengatakan ada hal yang harus perhatikan seorang perempuan yakni ritual agamanya dalam memahami Islam sebagai rahmatan lil alamin. “Jika ia adalah seorang yang ahli dalam ilmu agama, maka wajib baginya untuk mendakwahkan apa yang ia ketahui kepada kaum wanita lainnya. Begitu pula jika ia merupakan seorang yang ahli dalam bidang tertentu, maka ia bisa mempunyai andil dalam urusan tersebut namun dengan batasan-batasan yang telah disyariatkan dan tentunya setelah kewajibannya sebagai ibu rumah tangga telah terpenuhi” tegasnya
“Banyak hal yang bisa dilakukan kaum wanita dalam masyarakat dan Negara, dan ia punya perannya masing-masing yang tentunya berbeda dengan kaum laki-laki. Hal ini sebagaimana yang dilakukan para shahabiyah nabi. Dan Kesuksesan perempuan itu diliat dan diukur dari peran dosmetiknya” tutup armasito. (Djiebond)
Tidak ada komentar