“Dinas terkait seperti Dinas Pertanian, Badan Ketahanan Pangan juga harus memberikan stimulus kepada para petani untuk merangsang petumbuhan produksi, seperti beras walaupun Sumsel surplus beras masing mengalami Inflasi karna banyak yang dijual ke luar,” ungkap Mukti Sulaiman saat memimpin rapat koordinasi lanjutan TPID Sumsel di ruang rapat kantor perwakilan Bank Indonesia Palembang, Senin (24/10).
Lanjut Mukti Sulaiman, selain mengharapkan SKPD terkait melakukan pemetaan dengan baik, TPID Sumsel kedepan akan menjalin kerjasama dengan Kamar Dagang Indonesia (KADIN) yang didalamnya merupakan orang-orang yang memiliki modal, dengan ini akan di kerjasamakan terkait komoditi penyumbang inflasi di Sumsel.
“Saat ini Sumsel berada diperingkat 5 terendah diantara 10 provinsi diwilayah Sumatera dan lebih tinggi dari inflasi kumulatif nasional (1,97) persen,” ungkapnya.
Dalam kesempatan ini, Mukti Sulaiman juga meminta seluruh stakeholder dalam TPID untuk melakukan langkah antisipati
resiko inflasi yang diperkirakan akan meningkat menjelang akhirtahun.
“Langkah antisipasi sangat perlu, jika memang diperlukan lakukan operasi pasar,” tegas Mukti Sulaiman.
Sementara, Direktur Bank Indonesia Perwakilan Palembang, Hamid Ponco Wibowo mengatakan, rakor TPID Sumsel kali ini membahas terkait perkembangan terakhir inflasi di Sumsel serta membahas beberapa isu salah satunya sebentar lagi akan memasuki akhir tahun dan diperkirakan ada kenaikan harga di pasaran sehingga resiko inflasi lebih tinggi.
Menurutnya, secara tahunan kalender inflasi Sumsel mencapai 2,42 persen lebih tinggi dibanding tahun 2015 dengan inflasi 1,17 persen, untuk bulan september 2016 mencapai 4,37 persen lebih tinggi dibanding bulan Agustus 2016.
“Dengan ini, kita terus berupaya agar bagaimana inflasi ini dapat kita kendalikan dengan baik, sampai saat ini komoditi Cabai masih menjadi penymbang inflasi terbesar di Sumsel,” pungkasnya. (ril/daf)
Tidak ada komentar