Ingin Bayi Tabung? Begini Prosedurnya

waktu baca 2 menit
Kamis, 3 Agu 2017 08:23 0 210 Admin Pelita
Jadi awalnya klinik bayi tabung akan melakukan assessment (penilaian) pada hal mendasar, yaitu mencari tahu penyebab pasangan tidak memiliki keturunan. Selanjutnya tim dokter juga akan menanyakan apakah persoalan ini sudah teratasi ataukah belum.

Nah, kalau kata Dr dr H Amang Surya P., SpOG, di Indonesia, indikasi yang mendorong pasangan untuk melakukan bayi tabung bisa berasal dari suami maupun istri. “Peluangnya sama, 50 persen dan 50 persen,” ungkapnya dalam Grand Opening Klinik Bayi Tabung Morula IVF Surabaya di National Hospital Surabaya baru-baru ini.

Tahapan bayi tabung berikutnya adalah menentukan kualitas dari benih kedua pasangan, baik suami maupun istri. Di klinik tempatnya berpraktik, Morula IVF Surabaya, sudah ada teknologi untuk ‘menengok’ kualitas sperma dari kondisi fisiknya nih, Bun. Teknologi yang dimaksud adalah IMSI alias Intracytoplasmic Morphologically Selected Sperm Injection.

“Dengan mikroskop biasa itu sperma keliatan mulus kepalanya dan hanya bisa dibesarkan 200-400 kali, tapi dengan IMSI ini pembesarannya bisa 6.000 kali. Keuntungannya, kita bisa mengambil sperma yang betul-betul bagus secara morfologi atau bentuknya,” terang dr Ali Mahmud, SpOG(K) dalam kesempatan yang sama.

Ditambahkan dr Ali, selain pria yang mengalami azoosperma atau tidak memiliki sperma sama sekali, persoalan yang paling sering ditemui dokter ketika menangani pasangan mandul adalah mereka yang bentuk spermanya kurang bagus. “Jadi kalau pakai teknologi lama itu keliatannya mulus. Tapi kalau pakai ini, begitu didekati kelihatan kepalanya bopeng-bopeng,” imbuhnya.

Orang tua perlu tahu, sperma yang baik bukan hanya yang bentuknya bagus tetapi juga memiliki pergerakan atau mampu ‘berenang’ dengan cepat. Selain itu juga mampu menghasilkan embrio yang bermutu.

“Untuk memastikannya, sperma ini diambil dan dipertemukan dengan sel telur dan dibiarkan berkembang menjadi embrio. Setelah itu dilihat kromosom atau faktor genetiknya, ada kelainan nggak,” lanjut dr Ali.

Perlu kita pahami bahwa perempuan yang berusia di atas 35 tahun memiliki kemungkinan lebih besar untuk mempunyai janin dengan risiko kelainan. Untuk mengeceknya bisa digunakan teknologi bernama PGS (Pre-Implantation Genetic Screening).

Teknologi ini bisa digunakan untuk mengantisipasi kelainan genetika pada bayi tabung sebelum akhirnya embrio tersebut ditanam. (Red/wwn)
Sumber : haibunda.com
LAINNYA