Program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan jadi Ujung tombak menekan angka kemiskinan

waktu baca 3 menit
Rabu, 8 Feb 2023 20:37 0 195 Redaktur Romadon

 

Palembang, Pelita Sumsel – BADAN Pusat Statistik (BPS) Sumatra Selatan merilis pada kurun satu tahun terakhir, dalam rentang waktu September 2021-September 2022, angka kemiskinan di daerah itu turun sebesar 0,84%. Dari 12,79% menjadi 11,95%.
Jumlah penduduk miskin juga turun sebanyak 61,62 ribu orang.

Dari sebelumnya berjumlah 1.116,61 ribu orang menjadi 1.054,99 ribu orang pada periode Maret 2022. Kepala BPS Sumatra Selatan Zulkifl i juga menyebutkan persentase penduduk miskin per September 2021 turun dari 13,28% menjadi 12,31% pada Maret 2022.

“Pada September 2022 turun lagi menjadi 12,30%.” Ia memerinci peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan peranan kelompok bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).

“Sumbangan garis kemiskinan makanan (GKM) terhadap garis kemiskinan (GK) September 2022 tercatat sebesar 73,98% turun jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2022 sebesar 74,34% dan turun jika dibandingkan dengan kondisi September 2021 yang sebesar 74,16%,” tambahnya.

Angka kemiskinan yang semakin menurun menjadi salah satu target besar pemerintah provinsi. Gubernur Herman Deru pun mengintensifkan berbagai program dan terobosan yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Salah satunya, menggeber Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP).

Gerakan itu bertujuan mengubah pola pikir masyarakat dari pembeli menjadi penghasil produk pangan rumah tangga. Program itu diklaim sudah berdampak positif pada penurunan angka kemiskinan.

“Gerakan Sumsel Mandiri Pangan ini menjadi salah satu jurus yang kami lakukan untuk mengatasi angka kemiskinan. Sejak diluncurkan pada Desember 2021, GSMP ini sudah cukup mengubah pola pikir masyarakat untuk menjadi produktif dalam hal kemandirian pangan. Inilah strategi kita yang muaranya akan menurunkan angka kemiskinan,” ungkap Herman.

Dia menambahkan, gerakan itu bertujuan mengubah pemikiran warga dari konsumen menjadi penghasil, terutama untuk urusan bahan makanan sehari-hari. Hal itu nantinya akan berpengaruh untuk mengurangi biaya kehidupan masyarakat sehari-hari.

“Esensi Sumsel Mandiri Pangan adalah mengubah mindset dari yang biasanya kita berharap membeli menjadi penghasil. Atau biasa jadi konsumen, kita menjadi penghasil kebutuhan sehari-hari. Paling tidak kita bisa mengurangi biaya hidup. Kita hasilkan sendiri cabai dan bawang yang selama ini masyarakat hanya membeli ke pasar,” imbuhnya.

Pada program itu, pemerintah provinsi memberikan bantuan simultan berupa media tanam, bibit, hingga tempat memelihara ikan.

Sampai akhir 2022, sebanyak 250 ribu keluarga yang terdaftar pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial menjadi penerimanya.

“Sayuran dan ikan akan membantu memenuhi kebutuhan dapur selain beras. Gerakan itu juga menjadi batu loncatan dalam memandirikan masyarakat untuk memenuhi sebagian kebutuhan pangannya,” lanjut mantan Bupati Ogan Komering Ulu Timur itu.

Upaya lain Herman juga menargetkan angka
kemiskinan di Sumsel bisa terus turun. Dia memfokuskan program bantuan sosial yang tepat sasaran. Selain itu, memaksimalkan APBD, khususnya dalam pemberdayaan dan peningkatan ekonomi keluarga.

Inovasi yang dijalankan pemerintah provinsi ditargetkan tidak hanya untuk menekan angka kemiskinan, tapi juga membawa Sumsel masuk dalam deretan provinsi yang mampu menekan tingkat inflasi di tengah situasi ekonomi global saat ini.

Menurut Herman, penurunan angka kemiskinan Sumsel tahun ini merupakan yang terbaik selama 10 tahun terakhir. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang pada 2020 sempat berkontraksi hingga -0,11% akibat pandemi covid-19, pada 2022 ini kembali meningkat menjadi 5,18%.

LAINNYA