BANDUNG, Pelita Sumsel – Mendukung pembelajaran jarak jauh, ITB-STEI-PUI Mikroelektronika ITB berkontribusi dalam membangun jaringan 4G di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Pembangunan jaringan dilakukan di daerah Maluku dan NTT sebagai daerah 3T yang belum memiliki infrastruktur memadai, hal ini dikarenakan belum banyaknya populasi di daerah tersebut sehingga dirasa belum komersial bagi operator telekomunikasi yang ada.
Menurut Prof. Trio Adiono, semenjak pandemi COVID-19 melanda hampir seluruh negara di dunia, sistem pembelajaran dipaksa untuk berubah dari konvensional menjadi digital. Sekolah dan universitas menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), pada nyatanya tidak semua daerah memiliki sinyal telekomunikasi yang baik khususnya daerah 3T untuk melaksanakan PJJ tersebut.
Ia melanjutkan, hal ini mengakibatkan daerah tersebut tidak memungkinkan untuk mengakses konten elektronik atau kelas jarak jauh. Oleh karena itu, semenjak 12 tahun terakhir tim ITB-STEI-PUI PT Mikroelektronika telah mengembangkan perangkat Base Station (BTS) untuk menyediakan koneksi data kecepatan tinggi berbasis teknologi 4G LTE.
“BTS ini dapat diakses melalui smartphone, tablet, komputer, dan perangkat lainnya. Perangkat ini disebut dengan InfiniteBe, dikembangkan dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) lebih dari 40%. Perangkat ini sangat cocok sebagai solusi PJJ di daerah 3T karena kemampuannya yang dapat menjawab kebutuhan,” ujar Prof. Triono dalam siaran pers ITB, Selasa (6/4/2021).
Proyek pembangunan sinyal 4G ini didanai oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kemendikbud dan didukung oleh Kemenristek, Menkominfo, dan Kemenko Kemaritiman dan Investasi RI untuk melaksanakan deployment perangkat dan pengembangan industri telekomunikasi.
Proyek mulai dijajaki sejak Agustus 2020, kemudian dilaksanakan bulan September dan dilakukan instalasi pada Desember 2020. Dalam pembangunannya, proyek ini menemui berbagai kendala. Kendala utama yang dihadapi adalah sulitnya pengadaan dan pengiriman logistik ke daerah tersebut. Pengiriman hanya dapat dilakukan dengan moda transportasi yang sangat terbatas, sedangkan penyediaan alat masih harus dilakukan dari Jawa seperti tower dan power supply yang besar. Hal ini mengakibatkan terhambatnya proses instalasi. Selain itu, faktor alam juga menjadi kendala lain dalam pembangunan proyek. Musim hujan yang sedang melanda menghambat proses pembangunan tower.
Prof. Trio Adiono berharap dengan terealisasinya proyek ini dapat menjadi bukti nyata bahwa bangsa Indonesia dapat merancang perangkat dengan teknologi tinggi seperti 4G LTE, sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat. “Selanjutnya, kami berharap perangkat ini dapat di duplikasi di sekolah-sekolah yang belum memiliki akses seluler dan internet dan dapat mengembangkan industri elektronika Indonesia,” kata Prof. Triono. (teguh)