Palembang, Pelita Sumsel – Puluhan siswa MTS Al Minhajul Islamiyyah, desa Pulokerto, Kecamatan Gandus, Kota Palembang tidak dapat merasakan belajar di Gedung sekolah milik sendiri. Mereka terpaksa belajar dengan menumpang di masjid tua berukuran 5×5 meter yang disekat menjadi tiga bagian kelas.
Ironinya, potret menyedihkan ini sudah berjalan selama tiga tahun ini. Tak hanya itu, di desa Pulokerto hanya ada Sekolah Dasar (SD) sehingga setiap siswa yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMP harus ke Desa Tetangga dengan menempuh jarak kurang lebih 10 km.
“Sudah tigo tahun anak-anak sekolah di masjid, karena kami belum ado sekolah permanen dek. Sebenarnyo untuk tanah ini lah ado tanah wakaf 20×20 meter dari warga untuk dibangunkan sekolah, tapi karena biayanyo terbatas jadilah dicicil dulu pembangunannyo.” Ujar Pak Davitra, Guru MTS Al Minhajul Islamiyyah
Tak hanya itu, untuk dapat sampai ke sekolah sebagian siswa harus mempertaruhkan nyawa saat menyebrangi sungai dengan menggunakan perahu kayu seadanya, dan dilanjutkan dengan jalur darat.
Tim Program ACT Sumsel, Aris Lazuardi menerangkan, dalam rangka mendukung pendidikan anak-anak tepian musi ini, ACT Sumsel berencana untuk membangunkan sebuah gedung sekolah yang layak dan permanen bagi para siswa.
“InsyaAllah saat ini sedang kita ikhtiarkan untuk membangun sebuah gedung sekolah pertama yang layak dan permanen bagi para siswa, adapun sumber dananya nanti melalui urunan dana dari para dermawan yang dikolektifkan hingga tercukupi satu buah gedung,” jelas Aris
Melalui program Sekolah Tepian Negeri, Aris juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengembangkan generasi pendidikan Indonesia, salah satunya dengan menyediakan fasilitas sekolah yang layak. (jea)