Palembang, Pelita Sumsel – Mahasiswa Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP Universitas Sriwijaya (Unsri) Konsentrasi Public Relations Minggu (17/11) mengadakan talkshow bertema Generasi Tolak Hoaks (GERTAX) di Palembang Icon Mall, Palembang, Sumatera Selatan.
Talkshow ini dimoderasi oleh Krisna Murti (Dosen Fisip Unsri) dan Jeane Fitria yang merupakan jurnalis pelitanews.co yang juga Ketua Bidang Humas dan Komunikasi Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Unsri (IKA FISIP).
Anak muda terutama mahasiswa harus cerdas memfilter informasi atau berita diera digital saat ini. Hal ini dikarenakan maraknya berita hoax yang masif menyebar hingga masuk diruang privasi.
“Berita hoax itu berita bohong yang tidak terkonfirmasi kebenarannya dan menyesatkan masyarakat, “kata Erwanto, S. Sos selaku Redaktur Tribun Sumsel.
Menurut Wawan, ciri berita hoax itu biasanya berasal dari akun palsu atau media tidak jelas dengan domain media kurang profesional seperti blogspot.
“Selain itu juga tidak ada redaksi yang jelas dan tidak terdaftar secara resmi di dewan pers,” ujar Alumnis Sosiologi FISIP Unsri ini.
Sedangkan, Kasi Sumber Daya Komunikasi Publik Bidang PKP Dinas Kominfo sUmsel, Dwi Karolita menjelaskan maraknya berita hoax didominasi musim politik. “Seiring dengan berakhirnya musim politik berita hoax mengalami penurunan, “katanya.
Pihaknya dari kominfo memantau dan mendeteksi akun dan web yang melakukan informasi bohong (hoax).
“Namun tidak sampai pada urusan pidana, urusan pidana ada di kepolisian, “katanya.
Senada disampaikan oleh Ketua Bawaslu Sumsel Iin Irwanto, ST, MT yang mengatakan berita hoax dominan di isu politik, SARA hingga kesehatan.
“Generasi muda harus punya kemandirian intelektual dan bijak menyerap informasi, jangan mudah untuk menyebar karena bisa dijerat dengan UU ITE dan KUHP, ” ujarnya.
Namun Iin mengatakan terkait pengawasan konten hoaks, Bawaslu Sumsel punya keterbatasan dalam mengawasi pemilu terkait dengan media sosial.
“Bawaslu hanya bisa mengawasi akun-akun yang terdaftar di KPU untuk peran kita sebagai generasi muda sangat penting melawan hoax,” ujar Iin.
Sementara Pemerhati Sosial Politik Rumah Citra Indonesia (RCI) Bung FK mengungkapkan media sosial paling banyak dalam menyebarkan hoax hal ini sering dengan perkembangan smartphone yang semakin meningkat diatas 100 jutaan pengguna.
“Masyarakat telematika Indonesia menyebut 91 persenan informasi hoax itu soal isu politik. Kita dituntut agar cerdas dan selalu kritis terhadap isu yang masuk dan jangan lupa menkroscek kebenaran informasi baik cek fakta ataupun mencari melalui media-media resmi,” ujar Sekjend IKA FISIP Unsri ini.
Dia menambahkan sebagai generasi muda sebaiknya kita harus mampu saring terlebih dahulu informasi.
“Jika hoax cukup informasi sampai di kita saja jangan ikut menyebarkan, janganlah jadi agen hoax, jadilah agen informasi positif menginspirasi,” katanya.
Sementara itu, Seksi Acara Gertax, Natasya Aisyah mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian terkait maraknya konten-konten hoaks, di media sosial khususnya.
“Kami mengadakan kegiatan seperti ini, selain menjadi salah satu mata kuliah di kampus, ini adalah sebuah tindakan preventif yang bisa dilakukan. Apa yang kami lakukan merupakan bentuk kepedulian kami terkait maraknya konten hoaks yang beredar, terutama di media sosial. Jangan sampai beredarnya berita hoax dianggap sebagai hal yang biasa di masyarakat” ujar Natasya. (jea)