Kota Cerdas Solusi Dampak Buruk Mobilitas Tinggi Perkotaan ASEAN

waktu baca 3 menit
Rabu, 9 Agu 2023 20:05 0 269 Admin Pelita

Jakarta, Pelita Sumsel -Pengamat perkotaan sekaligus Dosen Kajian Pengembangan Perkotaan SKSG Universitas Indonesia, Lin Yola menilai Kota Cerdas atau Smart City dapat menjadi solusi terhadap dampak-dampak buruk yang muncul akibat urbanisasi dan mobilitas tinggi di kota-kota besar ASEAN, khususnya Jakarta.

Dia mengatakan, bahwa ASEAN memiliki karakter khusus belakangan ini, salah satunya meningkatnya jumlah urbanisasi di kota-kota utama seperti Jakarta (Indonesia), Bangkok (Thailand), Manila (Filipina), Hanoi (Vietnam), dan lainnya. Meski tak dipungkiri, urbanisasi juga membawa dampak positif, yakni pertumbuhan ekonomi yang juga meningkat.
“Urbanisasi yang tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya yang memang sudah mencapai 80% di Amerika Serikat, 70% di Eropa. Asia sudah naik ke tingkat 50%-60% di 2025. Dan kota-kota besar di ASEAN sudah berkembang dengan pesat,” ujar Lin dalam diskusi bertajuk “Kota Cerdas ASEAN, Tingkatkan Kualitas Hidup” yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) di Jakarta, Selasa, 8 Agustus 2023.
Lin mengungkapkan, salah satu dampak buruk yang ditimbulkan dari pesatnya urbanisasi perkotaan adalah lingkungan. Mulai dari pencemaran udara, sampah, dan lain-lain.
Karenanya, di tengah pesatnya urbanisasi, percepatan teknologi juga diperlukan. Lin melihat kehadiran teknologi menjadi suatu kebutuhan untuk menopang urbanisasi.
“Pemanfaatan teknologi sebagai penyeimbang dan solusi dari dampak proses urbanisasi yang tinggi pada kota-kota ASEAN ini, sangat diperlukan”
Lin melanjutkan, konsep smart city yang diusung Jakarta selama ini sebetulnya telah dikenal sejak tahun 1970-an di Amerika Serikat (AS). Konsep ini kemudian berkembang pada 1980-an dan makin diadopsi di negara-negara lain pada dekade 2000-an.
Pada awal kelahirannya, konsep smart city lebih bertumpu pada penerapan good governance, khususnya tentang penguatan komunikasi antara pemerintah terhadap masyarakatnya melalui platform yang lebih modern.
Namun seiring waktu dan perkembangan sosial kemasyarakatan yang terjadi, konsep smart city pun berkembang lebih luas. Smart city saat ini bukan hanya membicarakan target peningkatan kualitas hidup masyarakat, tetapi lebih jauh lagi yakni mengatasi dampak lingkungan yang dihasilkan dari tingginya aktivitas dan mobilitas masyarakat perkotaan.
“Saat ini kita juga ditantang dengan adanya dampak lingkungan yang sangat tinggi dari tingginya aktivitas ekonomi kota besar. Kita lihat mobilitas Jakarta tinggi. Ini memang indikator kuat pertumbuhan ekonomi yang baik,” kata Lin.
Namun lanjutnya, juga menghasilkan dampak tidak baik terhadap lingkungan, seperti pencemaran udara dan lain-lain. “Kita perlu solusi dari smart city ini untuk mengatasi keresahan tersebut, di samping juga kita perlu untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat kota,” tambah Lin.
Adapun terkait dengan strategi untuk percepatan implementasi hasil dari Pertemuan Gubernur-Gubernur dan Walikota ASEAN (Meeting of Governors and Mayors of ASEAN Capitals/MGMAC) 2023, Lin menilai perlu peningkatan kesetaraan pemahaman dan kesadaran para pemimpin serta jajarannya terhadap konsep yang menjadi tujuan bersama.
Selain itu, lanjut Lin, diperlukan kolaborasi yang terintegrasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta untuk mewujudkan kota yang cerdas dan layak bagi para penghuninya.
Sebagai akademisi, Lin menuturkan, hingga saat ini telah cukup banyak hasil penelitian yang bagus dan aplikatif dari civitas akademika untuk diterapkan dalam perkotaan. Namun, hasil penelitian itu hanya terhenti di perpustakaan maupun indeks, sehingga belum bisa diimplementasikan secara masif dan luas.
“Ini bisa -dimanfaatkan- kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan sektor private untuk bermitra. Kita perlu open mind, work together. Dari semua kalangan,” ujar Lin.
Bahkan, Lin juga menilai pentingnya menjalin kolaborasi dengan mitra-mitra internasional yang pada umumnya memiliki wawasan berbeda dan lebih luas. Kolaborasi ini bisa membantu kota-kota di ASEAN dalam mewujudkan kota yang cerdas dan layak huni.
“Kita bisa. Jangan tunggu lagi. Untuk mewujudkan masyarakat lebih baik, pemerintahan lebih baik, lingkungan lebih baik. Transfer ide melalui platform digital akan meningkatkan semua upaya kita ini,” tutupnya. (YF / Ril)

LAINNYA