Gambar_Langit Gambar_Langit

Tiba di Pekan Adat Sumsel, Herman Deru Disambut Dengan Jempana JAMAK

waktu baca 4 menit
Selasa, 16 Nov 2021 23:37 0 234 Admin Pelita

Palembang, Pelita Sumsel – Kegiatan Pekan Adat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2021 yang merupakan Pekan Adat kedua yang digelar semasa pemerintahan Gubernur Sumsel H. Herman Deru secara resmi dibuka untuk umum, di Gedung Graha Budaya Jakabaring Palembang mulai Selasa (16/11) sore.

Tiba dalam Pembukaan Pekan Adat ini, Herman Deru yang juga merupakan Presiden Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) disambut menggunakan Jempana atau Tandu Adat oleh pengurus Adat dari Jaringan Masyarakat Adat Komering (JAMAK) OKU Timur.

Selain ditandu menggunakan Jempana, juga diiringi prosesi arak-arakan yang menggunakan alat musik tradisional khas Komering yakni Kulintang.

Herman Deru dalam sambutannya mengatakan, agenda Pekan Adat ini harus didukung semua lapisan masyarakat hingga pejabat demi terjaganya kelestarian adat budaya Sumsel yang sangat terhormat.

“Pekan Adat ini adalah alat juang kita untuk menjaga adat dan budaya Sumsel yang menjadi kehormatan kita.” ujarnya dengan tegas.

Menurut Herman Deru sejak awal Ia berkomitmen mendukung segala kegiatan yang berkaitan dengan revitalisasi budaya, khususnya adat-istiadat, karena Sumatera Selatan sangat kaya akan tradisi budaya yang baik dan harus diwariskan kepada generasi muda.

Ditempat yang sama, Ketua Jamak OKU Timur H Leo Budi Rachmadi, SE menerangkan, penggunaan Alat Tandu atau Jempana diiringi dengan Arak-arakan dalam Prosesi Adat Komering menggambarkan Rasa Suka Cita dan Gembira dengan mengumumkan kepada khalayak ramai dalam bentuk Pawai Adat dengan Bunyi-bunyian Alat Kulintang, atraksi penari tigol dan Pendekar Pincak Komering. Yang biasa digunakan dalam Prosesi Adat pada Resepsi Pernikahan, Khitanan dan Acara Pemerintah dalam menyambut Tamu agung atau Kehormatan.

“Prosesi Arak-arakan ini secara Paripurna dilakukan 90 Personil Masyarakat Adat baik penggawo (Laki-laki sudah menikah), Ibu-ibu, Muli Meranai (Bujang Gadis) dan Anak-anak. Untuk peralatan Adat yang dipakai dalam Tandu Adat dan arak-arakan ini, seperangkat Alat Kulintang dengan Personil 13 Orang, Jempana (Tandu Adat), awan Lapah (Kain putih sebagai atap dari Tandu Adat) dengan personil 9 Orang. Titian agung (Tikar dilapisi Kain putih 9 lembar, yaitu tapakan suci sebelum memasuki tempat Pelaminan/Khitanan atau tempat duduk tamu agung), personil sebanyak 11 Orang,” katanya

Lanjut Leo, ditambah dengan Kandang Ralang, berupa Kain putih panjang memagari pengantin atau Putra yang dikhitan atau tamu agung dan rombongan yang dipegangi oleh 18 Personil dari Bujang atau penggawo muda yang membentuk Hurup U, Hal ini kain putih yang memagari sebagai Wilayah Suci, karena diluar Kandang Ralang ada Perwira Marga dengan 18 Personil Laki-laki Muda memagarinya dengan Persenjataan lengkap seperti Pedang, Tombak, Trisula bahkan kalau dahulu memakai Senjata Api yang diledakkan ke atas. “8 personil Penari Tigol dan Pendekar Silat, 4 orang atau sepasang bujang Gadis yang membawa tepak dengan isi kapur sirih, alat Penguton dengan isi rokok, daun sirih, serta Karangan Bunga dan beberapa Anak Kecil umur 5 sampai 10 Tahun bertugas untuk mengipas,” tambahnya. (ril/fah)

Selain ditandu menggunakan Jempana, juga diiringi prosesi arak-arakan yang menggunakan alat musik tradisional khas Komering yakni Kulintang.

Herman Deru dalam sambutannya mengatakan, agenda Pekan Adat ini harus didukung semua lapisan masyarakat hingga pejabat demi terjaganya kelestarian adat budaya Sumsel yang sangat terhormat.

“Pekan Adat ini adalah alat juang kita untuk menjaga adat dan budaya Sumsel yang menjadi kehormatan kita.” ujarnya dengan tegas.

Menurut Herman Deru sejak awal Ia berkomitmen mendukung segala kegiatan yang berkaitan dengan revitalisasi budaya, khususnya adat-istiadat, karena Sumatera Selatan sangat kaya akan tradisi budaya yang baik dan harus diwariskan kepada generasi muda.

Ditempat yang sama, Ketua Jamak OKU Timur H Leo Budi Rachmadi, SE menerangkan, penggunaan Alat Tandu atau Jempana diiringi dengan Arak-arakan dalam Prosesi Adat Komering menggambarkan Rasa Suka Cita dan Gembira dengan mengumumkan kepada khalayak ramai dalam bentuk Pawai Adat dengan Bunyi-bunyian Alat Kulintang, atraksi penari tigol dan Pendekar Pincak Komering. Yang biasa digunakan dalam Prosesi Adat pada Resepsi Pernikahan, Khitanan dan Acara Pemerintah dalam menyambut Tamu agung atau Kehormatan.

“Prosesi Arak-arakan ini secara Paripurna dilakukan 90 Personil Masyarakat Adat baik penggawo (Laki-laki sudah menikah), Ibu-ibu, Muli Meranai (Bujang Gadis) dan Anak-anak. Untuk peralatan Adat yang dipakai dalam Tandu Adat dan arak-arakan ini, seperangkat Alat Kulintang dengan Personil 13 Orang, Jempana (Tandu Adat), awan Lapah (Kain putih sebagai atap dari Tandu Adat) dengan personil 9 Orang. Titian agung (Tikar dilapisi Kain putih 9 lembar, yaitu tapakan suci sebelum memasuki tempat Pelaminan/Khitanan atau tempat duduk tamu agung), personil sebanyak 11 Orang,” katanya

Lanjut Leo, ditambah dengan Kandang Ralang, berupa Kain putih panjang memagari pengantin atau Putra yang dikhitan atau tamu agung dan rombongan yang dipegangi oleh 18 Personil dari Bujang atau penggawo muda yang membentuk Hurup U, Hal ini kain putih yang memagari sebagai Wilayah Suci, karena diluar Kandang Ralang ada Perwira Marga dengan 18 Personil Laki-laki Muda memagarinya dengan Persenjataan lengkap seperti Pedang, Tombak, Trisula bahkan kalau dahulu memakai Senjata Api yang diledakkan ke atas. “8 personil Penari Tigol dan Pendekar Silat, 4 orang atau sepasang bujang Gadis yang membawa tepak dengan isi kapur sirih, alat Penguton dengan isi rokok, daun sirih, serta Karangan Bunga dan beberapa Anak Kecil umur 5 sampai 10 Tahun bertugas untuk mengipas,” tambahnya. (ril/fah)

LAINNYA