Inovasi Aspal Karet Muba Topang Stabilitas Ekonomi Daerah

waktu baca 3 menit
Rabu, 25 Agu 2021 13:38 0 176 Redaktur Romadon

Sekayu, Pelita Sumsel – Infrastruktur yang baik merupakan kunci dari aktifitas perekonomian masyarakat agar tetap stabil. Keandalan infrastruktur ini menjadi konsen utama Bupati Dr Dodi Reza Alex Noerdin Lic Econ MBA dalam menjaga stabilitas perekonomian di Bumi Serasan Sekate. Dodi Reza Alex menyampaikan jurusnya ini dalam kesempatan mengikuti Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi 2021, bertema Mendorong Peningkatan Peran UMKM Pangan Melalui Optimalisasi Digitalisasi untuk Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Stabilitas Harga Pangan”.
Rabu (25/8/2021) di Ruang Rapat Serasan Sekate.

Kehadiran Dodi selaku kepala daerah sangat penting sebagai bentuk koordinasi pusat dan daerah dalam penanganan inflasi. Pengendalian inflasi di Kabupaten Muba telah dilakukan dengan berbagai program seperti menyiapkan infrastruktur jalan yang baik diseluruh pelosok Muba.

“Infrastruktur yang baik dengan sendirinya akan memudahkan pendistribusian bahan kebutuhan pokok sampai ke daerah-daerah pelosok. Dengan demikian tentu inflasi akan terjaga,”ujarnya.

Adapun Inovasi pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan yakni diantaranya pembangunan jalan menggunakan bahan campuran karet yang diserap dari kalangan petani rakyat. Inovasi pembangunan jalan aspal karet ini mampu menyerap puluhan ton karet. Ini sangat efektif mendongkrak daya jual-beli karet milik petani rakyat. Kebijakan Pemkab Muba juga menyasar bidang distribusi dengan membangun infrastruktur. “Kita juga lakukan inovasi agar produksi dan pasokan petani bisa ditingkatkan,”tuturnya.

Terkait laju inflasi saat ini, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warijyo menyebut laju inflasi domestik masih terkendali. Namun, tanbah dia, untuk 2022, ada risiko tekanan inflasi yang patut diwaspadai.

“Sampai Juli 2021, inflasi terjaga rendah di hampir seluruh daerah. Secara nasional, inflasi 1,52% year-on-year,”ulasnya.

Menurut Perry, secara umum inflasi 2021 dan 2022 masih terjaga dalam kisaran target 3% plus minus satu. Akan tetapi, Perry mengungkapkan ada risiko tekanan inflasi untuk 2022.

“Resiko kenaikan inflasi pada 2022 perlu diantisipasi sejalan dengan peningkatan permintaan domestik dan kenaikan harga komoditas dunia,” ucapnya.

Presiden RI Joko Widodo, yang dalam arahannya meminta masyarakat tetap bersyukur meskipun masih ada berbagai tantangan yang harus dilewati. Baik dari sisi perjuangan melawan COVID-19 maupun ketidakpastian perekonomian di dalam negeri.

Ekonomi Indonesia berhasil keluar dari resesi pada kuartal II-2021 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7%. Akan tetapi tantangan ke depan perlu diwaspadai agar pemulihan ekonomi tetap berlanjut.

Dari sisi inflasi Presiden Joko Widodo mengungkapkan, Indonesia terbilang rendah dengan realisasi 1,5% hingga Juli. Sampai akhir tahun diperkirakan inflasi terkendali pada level di bawah 3%.

“Inflasi Indonesia memang masih rendah. Namun inflasi yang rendah itu tidak selamanya baik. Angka inflasi di bawah target 2021 yaitu 3%. Tetapi kita juga tahu bahwa inflasi yang rendah, juga bukan hal yang menggembirakan. Bisa saja ini mengindikasikan turunnya daya beli masyarakat akibat pembatasan aktivitas dan mobilitas,”Ungkapnya.

Oleh karena itu, lanjut Jokowi, daya beli rakyat harus dijaga dan terus ditingkatkan. Ini dilakukan dengan mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di sisi permintaan.

Namun, di tengah pandemi COVID-19 yang belum selesai, ada dilema yang harus dihadapi. Ketika aktivitas dan mobilitas masyarakat akan dibuka, maka akan ada risiko terjadinya peningkatan kasus positif.

“Di kuartal ketiga 2021, kita tetap waspada. Tetap hati-hati mengatur keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi, mengatur rem dan gas. Penyebaran COVID-19 harus bisa kita kendalikan dan masyarakat yang rentan harus kita lindungi,” tandasnya.(Riil)

LAINNYA