Oleh :
Namira Azzura
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
Semua orang tua pasti mengharapkan yang terbaik untuk buah hatinya, termasuk harapan agar si anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik layaknya anak seusianya. Salah satu masalah kesehatan anak yang paling ditakuti oleh orang tua adalah stunting. Tapi sebenarnya apa sih stunting itu?
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, stunting adalah suatu kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan umur. Atau dalam kata lain, stunting adalah kondisi ketika tinggi badan anak berada dibawah standar atau lebih pendek dibandingkan teman-teman seusianya.
Nah, setelah memahami definisi stunting. Penyebab terjadinya stunting juga harus dipelajari lebih jauh, nih. Stunting dapat terjadi disebabkan oleh kurangnya asupan gizi anak dalam 1000 hari pertama kehidupan. Berarti asupan gizi anak perlu diperhatikan sejak anak masih dalam kandungan sampai berusia 2 tahun.
Stunting juga dapat terjadi akibat pemberian MPASI yang tidak tercukupi asupan nutrisinya. Selain itu, faktor kebersihan lingkungan yang buruk dan pola asuh yang kurang baik juga dapat menjadi penyebab terjadinya stunting pada anak. Hal ini dikarenakan kebersihan lingkungan yang buruk dapat menyebabkan anak rawan terserang berbagai penyakit infeksi, sedangkan pola asuh yang buruk menyebabkan ibu kurang memahami kebutuhan sang anak.
Gangguan tumbuh kembang akibat stunting pada anak tidak dapat diatasi atau tidak dapat kembali seperti semula. Oleh karena itu, lebih baik melakukan pencegahan terhadap kondisi ini. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan memenuhi kecukupan nutrisi ibu selama kehamilan dan menyusui, khususnya kebutuhan zat besi, asam folat dan yodium. Selain itu inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI eksklusif juga perlu dilakukan segera setelah anak lahir.
Ibu juga memerlukan edukasi terkait pemberian MPASI dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga kebutuhan nutrisi anak terpenuhi dan anak tidak terserang penyakit infeksi akibat hygiene dan sanitasi yang buruk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia pada urutan ketiga sebagai negara dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada tahun 2017 lalu dengan angka stunting mencapai 36,4 persen. Sedangkan menurut Riskesda, angka prevalensi stunting tahun 2018 telah mengalami penurunan sampai ke angka 23,6 persen.
Walaupun mengalami penurunan, kondisi ini masih dikatakan serius mengingat masih terdapat 3 dari 10 balita di Indonesia yang mengalami stunting. Keseriusan masalah stunting ini juga terlihat dari dimasukannya stunting sebagai salah satu dari empat fokus masalah kesehatan yang perlu di benahi menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dr. Terawan Agus Putranto dengan target angka prevalensi stunting dapat menurun 20 persen dari tahun ini yang masih berada di angka 27,6 persen di tahun 2024.
Selain stunting, fokus masalah kesehatan yang lainnya adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), harga obat dan alat kesehatan yang tinggi, serta rendahnya penggunaan alat kesehatan buatan dalam negeri. (*)