Palembang, Pelita Sumsel – Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Sumsel terus dilakukan. Berbagai upaya pun telah dilaksakanakan seperti Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dan Waterboombing. Tercatat sejak 28 September hingga 3 Oktober, TMC yang telah dilakukan yakni sebanyak 18 kali. Sedangkan, waterboombing yang telah dilakukan yaitu sebanyak 521 kali.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Ansori mengaku sejak 28 September atau pasca hujan di Palembang, kondisi titik panas kembali meningkat sehingga pihaknya pun harus terus bersiaga untuk mencegah dan memadamkan karhutla yang terjadi di Sumsel.
Dalam pemadaman Karhutla sendiri terkadang menemui kendala salah satunya sulitnya akses menuju lokasi, sehingga tim satgas darat tidak mampu menjangkau lokasi kebakaran dan mengandalkan pemadaman udara.
“Ada sembilan helicopter yang diturunkan untuk melakukan waterboombing, dan pesawat ini telah terbang sebanyak 521 kali untuk melakukan waterboombing,” katanya saat dihubungi
Selain melakukan upaya waterboombing, pihaknya pun melakukan TMC. Tujuannya untuk mendatangkan hujan di beberapa wilayah sehingga mampu meminimalisir terjadinya Karhutla. Tercatat, sejak September lalu TMC yang telah dilakukan yaitu sebanyak 18 Sorti dengan total garam yang disemai yaitu 14,4 ton.
TMC ini dilakukan di beberapa wilayah seperti di Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), dan Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). Dari TMC yang dilakukan, berhasil mendatangkan hujan, meskipun intensitasnya tidak seperti musim hujan.
Saat ini, pihaknya mencatat hotspot yang ada di Sumsel per 6 Oktober 2019 yakni sebanyak 168 titik. Dimana tersebar di wilayah OKI sebanyak 94 titik, Muba sebanyak 21 titik, Musirawas sebanyak 12 titik, Banyuasin sebanyak 11 titik sedangkan sisanya tersebar di wilayah Sumsel lainnya. “Kami berharap hujan ini mampu membasahi lahan sehingga kondisi lahan tetap lembab dan terhindar dari Karhutla,” tutupnya