Palembang, Pelita Sumsel – Penyakit virus HIV (human immunodeficiency virus) kini memiliki obat untuk penyembuhan penyakit HIV.
Hal ini di ungkapkan Ketua Yayasan Sriwijaya Plus, Rahmat Saleh di sela diskusi Ngopi Pintar di Sekretariat PWI Sumsel, Senin (26/8).
“HIV, memang sekarang sudah ada obatnya,” ungkapnya
Dikatakan Rahmat saat ini obar digratiskan oleh kementerian kesehatan, sesuai jargon Yayasanannya sosialisasikan kemasyarakat bahwa sama halnya dengan jantung , diabetes dan penyakit lain, bahwa HIV itu sudah ada obatnya dan sudah bisa di kendalikan.
Dikatakan Rahmat juga, bahwa orang – orang yang hidup dengan HIV sudah bisa hidup produktif, sudah bisa punya anak dan memang sudah normal, jadi HIV itu sudah ada obatnya, sekarang pihaknya sudah membangun teknik komunikasi biar perubahan sudut pandang masyarakat dan paradigma masyarakat bahwa HIV sudah ada obatnya dan bisa produktif,
Satu contoh, di NTT dia terlahir HIV positif tapi sudah makan obat dengan teratur dan sekarang sudah jadi Barista di salah satu cafe, Sebenarnya status HIV itu bakal seumur hidup sama halnya dengan Diabetes tapi bisa dikendalikan dengan obat – obatan tadi, dengan makan obat yang teratur dan cara pemakaian obat yang benar pengidap HIV bisa hidup normal.
“Nama obat itu adalah Anti Retro Viral (ARV) diproduksi India, fungsinya misalkan jumlah virus nya 11 ribu yang diketahui melalui tes darah, dengan rutin minum obat ini bisa “un detec” tidak terdeteksi lagi virus itu, tapi bukan berarti HIV itu hilang karena kalau seandainya pengidap putus untuk minum obat dipastikan virusnya bisa bereflikasi lagi, ” terangnya.
“Jarak pengobatan ini sampai 6 sampai 12 bulan penderita bisa, un detec dari virus ini, itu teori medis, tapi bisa lebih cepat atau lebih panjang, tergantung metabolisme dari masih – masih penderita dan obat ini gratis,” lanjutnya.
Yang dimaksudkan obat itu gratis dijelaskan Rahmat bahwa sekarang obat itu disubsidi oleh pemerintah pusat melalui dana mitra Internasional dan ditahun 2020 nantu dana mitra Internasional ini dicabut, kalau tidak siap – siap pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan tidak ada regulasi yang cukup obat ini bakal berbayar.
“Untuk disumsel yang sudah melakukan treatment obat ini sudah banyak di komunitas Sriwijaya plus itu ada datanya , saya tidak ingat ada sekitar 1000 yang melakukan pengobatan di seluruh layanan kesehatan mulai dari rumah sakit Muhammad Husein , RS Charitas sampaikan ke puskesmas (data desember 2018),” urainya.
Sementara itu, Ketua PWI Sumsel H Firdaus Komar mengajak para wartawan memberikan informasi dan pemberitaan yang positif terhadap penderita HIV. Ya, jangan sampai membuat berita tentang HIV membuat penderita menjadi tersingung dan menjadi bahan cemooan di tengah kehidupan masyarakat.
“PWI Sumsel mengajak seluruh media massa yang ada di Sumsel hendaknya dalam setiap pemberitaan mampu memberikan wahana positif. Tujuannya, supaya korban penderita HIV mendapat inovasi dan semangat hidup,” ucapnya
Apalagi, tambah Firdaus bahwa penyakit HIV tidak memandang usia dan juga bukan karena perilaku penerita HIV, melainkan korban yang tak dikehendaki. Apalagi terhadpa anak-anak dan remaja. (YF)