PRABUMULIH, Pelita Sumsel -Majunya perekonomian di pedesaan menjadi tanda bahwa negara mengalami perkembangan yang baik.
Tanda kemajuan Negara tersebut bisa dilihat dari maju atau tidaknya bagian Negara terkecil, yaitu di susunan pemerintahan di pedesaan.
Begitupun prinsip membangun desa, tak lain dapat menemukan kekuatan sumber daya manusia (SDM) lokal di desa tersebut.
Empat Pendiri Institut Agroekologi Indonesia (INAGRI) diantaranya, Syamsul Asinar Radjam akrab disapa Candut, Syahroni, Destika Cahyana dan Fransisca Callista melakukan pertemuan bersama sejumlah penggiat komunitas lingkungan hidup, dan pengembang Komunitas Lokal Prabumulih di Aku Coffee dan Resto, Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, pada (28/1/2019) lalu.
Dalam lawatan agroekologis mereka, Fransisca Callista menuturkan, Desa perlu direvitalisasi dengan gerakan kembali membangun desa.
“Perlu dibangkitkan kecintaan pada desa agar anak muda pintar di luar desa kembali ke desa pasca mereka menuntut ilmu,” ujarnya.
“Masa depan ada di desa sehingga penduduknya harus siap menghadapi,” sambung perempuan yang juga bergiat di Spedagi yang menggagas Pasar Papringan di Temanggung, Jawa Tengah ini.
Syamsul Asinar Radjam juga memaparkan, jika inisiatif revitalisasi bisa bermunculan di pedesaan maupun wilayah kelurahan/perkotaan (urban).
Dimana warganya merindukan nilai-nilai positif pedesaan.
Menurutnya, banyak komunitas yang telah memilih bertindak. Salah satunya komunitas Mulih (Menanam untuk Lingkungan Hijau) yang tengah merintis revitalisasi persepsi terhadap sungai kelekar.
“Kedepan, perlu ada kesinergian antar komunitas agar para pegiat revitalisasi pedesaan maupun urban bekerja saling terhubung dan menguatkan mengingat proses revitalisasi nilai-nilai ini memerlukan waktu panjang,” terangnya.
Sama halnya dikatakan Syamsul Hidayah, salah satu pemerhati lingkungan ini menjelaskan , revitalisasi desa merupakan upaya dehumanisasi yang mencegah dehumanisasi desa yang bermimpi menjadi kota.
Syamsul menambahkan bahwa inisiatif dan tindakan kearah revitalisasi sebenarnya telah bermunculan.
“Tetapi kurang begitu tertandai karena kurang daya hentak. Sehingga diperlukan sebuah kejutan agar inisiatif yang bersifat kecil-kecil bisa menciptakan pengaruh signifikan sebagai sebuah gerakan (movement),” imbuhnya
Lebih lanjut Yayuk Suhartati dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Prabumulih memandang bahwa Prabumulih memiliki potensi untuk revitalisasi pedesaan. Dia menyebutkan Prabumulih merupakan kota penghasil minyak yang memiliki 12 desa dan 25 kelurahan.
“Salah satu potensi pedesaan terutama di wilayah Kota Prabumulih ini terdapat sektor pertanian,” tandasnya.
Azimi Asnawi, salah seorang tokoh masyarakat Prabumulih yang sempat hadir inipun berpendapat upaya revitalisasi desa menjadi jawaban atas kerinduan orang-orang terhadap desa.
“Kita rindu pada kerumunan orang desa, sehingga kelestarian kerumunan masyarakat desa perlu dijaga di tengah hantaman individualistik akibat hadirnya android sekarang ini,” tegasny. (JnF)