Muktamar XVII: Ingatkan Peran dan Kiprah Pemuda Muhammadiyah

waktu baca 5 menit
Jumat, 30 Nov 2018 20:37 0 153 Redaktur Pelita Sumsel

YOGYAKARTA, Pelita Sumsel – Organisasi Otonom Pemuda Muhammadiyah baru saja selesai menggelar Musyawarah tertinggi, yakni Muktamar yang ke XVII di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Rangkaian agenda dimulai pada Minggu, 25 hingga Rabu, 28 November 2018.

Muktamar ini dihadiri oleh seluruh Kader Muhammadiyah se Indonesia. Mulai dari Pimpinan Wilayah Provinsi sampai Pimpinan Kab/Kota. Tokoh penting di Muhammadiyah pun turut hadir dalam berbagai agenda kegiatan. Mulai dari Dr. Dahnil Anzar Simanjuntak, SE,MM. Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 2014-2018. Drs. H. A. Dahlan Rais, M. Hum (Ketua PP Muhammadiyah) Dr. H. Haedar Nasir, Dr. (HC) Drs. H. M. Jusuf Kalla. Dr. (HC).H Zulkifli Hasan, SE, MM dan tamu penting lainnya.

Pimpinan Pemuda Muhammadiyah OKU Timur sendiri mengirimkan 4 utusan, yakni Ketua Pemuda Muhammadiyah OKU Timur Sunarko, SP, Sekretaris Pemuda Muhammadiyah OKU Timur Fahmi, S.IP serta 2 utusan sebagai Peninjau. Dalam Muktamar ini mengambil tema “Menggembirakan Dakwah Islam, Memajukan Indonesia”. Pada Muktamar ini terdapat agenda Pemilihan Ketua Umum dan Anggota Formatur Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 2018-2022.

Pencalonan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 2018-2022 ini di ikuti oleh 6 peserta, yakni Ahmad Fanani, Ahmad Labib, Andi Fajar Asti, Faisal, Muhammad Syukron dan Sunanto. Hasil perolehan suara 6 kandidat Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah yakni, Sunanto mendapatkan 590 suara, Ahmad Labib 292 suara, Ahmad Fanani 266 suara, Faisal 2 suara, Muhammad Sukron 2 suara dan Andi Fajar Asti 0 suara. Dengan hasil tersebut, maka dipastikan bahwa Cak Nanto resmi terpilih sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah periode 2018 – 2022.

Dalam proses pemilihan tersebut juga ditetapkan Dzulfikar A Tawalla sebagai Sekretaris Jenderal PP Pemuda Muhammadiyah. Selain itu tersusun pula 12 formatur yang terpilih, hasilnya sebagai berikut :
Horo Wahyudi (Lampung): 608 suara
Muhammad Sukron (Jatim): 587 suara
Dzulfikar Ahmad Tawalla (Sulsel): 548 suara
Nugroho Noto Susanto (Riau): 546 suara
Mukhayat Al Amin (Jatim): 526 suara
Gusman Fahrizal (Bengkulu): 521 suara
Ilham Pratama (DKI): 513 suara
Razikin (NTB): 500 suara
Sandro Andriawan (DIY): 491 suara
Rahmatullah Baja (Bali): 491 suara
Zaidi Bastur (Jateng): 480 suara
Ali Muthohirin (Jatim): 472.

Dalam Pidatonya pertama kali Sunan mengatakan Visi-Misinya Sunanto sebagai ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah periode 2018-2022, ia ingin membangun Pemuda Muhammadiyah, berjuang untuk kemaslahatan umat dan bangsa. Selain itu, Menurutnya, Muhammadiyah memberi kebebasan untuk berpolitik, namun dalam kapasitas personal bukan secara institusi.

“Saya ini orang independen. Selama ini bekerja di dunia kepemiluan. Saya sudah 10 tahun. (Dan sekarang) sebagai Kornas JPPR. Dan saya tidak mau mengorbankan proses yang panjang ini dengan suatu gerakan dukung mendukung,” tegas Cak Nanto.

Di era milineal ini, Pemuda Muhammadiyah tentu memiliki berbagai rintangan dalam menghimpun, membina dan menggerakkan potensi Pemuda islam demi terwujudnya kader Persyarikatan, Kader umat dan kader bangsa agama Islam. Sehingga terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Muktamar Pemuda Muhammadiyah menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Gerakan (GBHG). Sehingga Pemuda Muhammadiyah secara menyeluruh gerakan organisasi dapat berkesinambungan dan berorientasi jangka panjang. Untuk itu, Pemuda Muhammadiyah harus mampu menjalankan 5 Pondasi utama untuk menjadi basis gerakan dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Pondasi pertama Tauhid. Dengan kekuatan tauhid Pemuda Muhammadiyah akan konsisten dan istiqomah dalam menjalankan roda organisasi. Pondasi kedua mengikuti manhaj Nabi Muhammad Saw. Pondasi ketiga Pemuda Muhammadiyah harus sadar akan tugasnya sebagai penjaga kelestarian dan keseimbangan, tidak hanya terhadap alam tapi juga dalam hubungan sosial kemasyarakatan. Dengan menegakkan keadilan menebar kebaikan dan mencegah kehancuran, kezaliman serta kemunkaran dalam bingkai amar maruf nahi munkar.

Pondasi keempat bersyarikat dalam kebaikan. Pemuda Muhammadiyah harus membuka diri terhadap berbagai kekuatan lainnya dalam merawat alam dan keharmonisan sosial dengan prinsip ta’aawanu’alal birr wattaqwa wala ta’aawanu’alal itsmi wal’udwan. Pondasi kelima inovasi. Sebagai organisasi tauhid, Pemuda Muhammadiyah tidak akan berhenti untuk terus berinovasi dan senantiasa memainkan perannya sebagai uluk albab.

Tidak hanya itu, Pada Muktamar ini, Pemuda Muhammadiyah mendapat beberapa pointers rekomendasi, diantaranya Pemuda Muhammadiyah harus memperkuat identitas keislaman, mempertegas diri sebagai gerakan tajdid. Menciptakan kader profesional yang berwawasan dan keberislaman tinggi serta kemanusiaan dan kebangsaan yang paripurna. Pemuda Muhammadiyah terus menghidupkan semangat Al-Maun dengan pendekatan dan pemikiran yang sistematis.

Berkaitan dengan tahun Politik Pemilu tahun 2019, Pemuda Muhammadiyah juga mendapat Khittah. Yakni Khittah Yogyakarta. Meski Pemuda Muhammadiyah bukan organisasi Politik tapi bukan apolitis. Tidak sedikit pula kader Pemuda Muhammadiyah terjun ke Politik dan ikut dalam konstestasi Pemilu 2019. Kader Pemuda Muhammadiyah punya tanggung jawab moral untuk ikut terlibat dalam menjalankan pemerintahan agar sesuai dengan cita-cita kemerdekaan dan nilai-nilai keislaman.

Khittah Yogyakarta terdiri dari enam nilai dasar yakni. 1).Kader Pemuda Muhammadiyah yang terjun ke Politik harus memiliki wawasan dan basis keilmuan, profesional dan integritas. 2). Menghadirkan kemaslahatan dan Persatuan. 3). Menjalankan prinsip demokrasi yang bermusyawarah. 4). Ikhtiar dalam melakukan perbaikan dan tidak boleh Mundur. 5). Jangan menyebar Hoax hanya demi Kekuasaan. 6). Pemuda Muhammadiyah harus menjadi pelopor berkampanye bersih tidak menggunakan money politik.

Untuk itu baik kader Pemuda Muhammadiyah yang terjun ke Politik maupun sebagai pemilih harus menjadikan kriteria 6 nilai dasar tersebut sebagai panduan dan rujukan. Dengan demikian ikhtiar, cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai negara baladatun thayyibatun wa rabbun ghafur bisa terwujud.

Muhammadiyah penuh dengan pesan berdimensi altruisme. Gerakan islam yang memiliki genetika dasar sebagai gerakan altruistik dengan mengedepankan gerakan sosial dan Kebudayaan yang berdimensi pelayanan publik. Meninggikan kualitas kehidupan dan keadaban umat sesuai dengan nilai-nilai Islam. Muhammadiyah bukan gerakan yang berdimensi egositic, seperti entitas komersial. Ketika dominasi watak egoistik berusaha mencengkram Muhammadiyah, maka bersiaplah kerusakan gerakan akan perlahan hadir.(*)

Penulis Fahmi/tim (Sekretaris PDPM OKU Timur)

Redaktur Pelita Sumsel

Media Informasi Terkini Sumatera Selatan

LAINNYA