Palembang, Pelita Sumsel – Amanda Maida Lamhati melaunching Karya-karya Puisinya yang dirangkum dalam buku Antologi Puisi: Perahu Tak Lagi Kutambatkan. Amanda M.L., kenalkan beberapa karyanya melalui pentas antologi dan album musikalisasi puisi bersama iir Stoned yang diadakan di Auditorium RRI Palembang, Jalan Radio, 20 Ilir Kota Palembang, Sabtu (27/10).
Pagelaran ini terlaksana atas kerjasma berbagai pihak diantara Lembaga Busaya Ulu Melayu, Dewan Kesenian Palembang, RRI, Hutan Tropis Band, dll. Saar dikomfirmasi Amanda mencerifakan bahwa karya yang hari ini dinlaunching adalah wujud dari kegemarannya menulis dan mecintai puisi.
Dalam pentas antologi dan musikalisasi puisi dibanjiri oleh banyaknya pengunjung yang antusias hadir, mulai dari seniman, pelajar, dan masyarakat umum secara lagsung.
“saya sengaja hadir kesinibuntuk melihat pagelaran dan launching buku antologi, secara langsung,” ujar akbar, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang.
Masih menurut Amanda mengatakan, bahwa sejak dulu, dirinya memang telah memiliki kegemaran dalam menulis sebuah puisi. Sejak SMP saya memang sudah suka menulis puisi, hingga saat ini puisi saya telah berjumlah 500 lebih. Judul puisi pertama yang kubuat tahun 1983 yaitu layang-layang.
Terkait antologi dan album musikalisasi puisi ‘Perahu Tak Lagi Kutambatkan’, mengatakan bahwa sahabat2 dari Dewan Kesenian Palembang (DKP) dan Lembaga Budaya Ulu Melayu (LBUM) lah yang menawarkan untuk membukukan kumpulan puisi karyanya serta menjadikan musikalisasi sebagian puisinya.
“Saya awalnya ditawarkan para sahabat dari DKP dan LBUM, dan akhirnya saya setuju, dari 500 lebih semua puisi saya tersebut, diambil 120 puisi yang dijadikan buku kumpulan puisi atau antologi puisi, dan 5 nya menjadi lagu atau musikalisasi puisi, salah satunya menjadi lagu seperti Perahu Tak Lagi Kutambatkan,” katanya dengan ramah.
Sementara, salah seorang seniman Palembang, Iir Stoned yang terlibat dalam pengembangan musikalisasi puisi di album ‘Perahu Tak Lagi Kutambatkan’ mengatakan bahwa, dirinya memiliki kesulitan sendiri dalam menjadikan sebuah karya seni puisi menjadi sebuah karya musik (musikalisasi puisi).
“Sebenarnya berat juga, karena saya sendiri juga harus memahami dahulu makna dari puisi itu, karena kalau saya tidak memahami dahulu makna puisi itu, mugkin akan menjadi mengarang-ngarang,” jelasnya.
Musisi kota Palembang tersebut juga mengungkapkan, lagu-lagu musikalisasi puisi tersebut sebelumnya sengaja diambil melalui intonasi puisi hingga kemudian terciptalah sebuah musikalisasi puisi. “Karena setiap kata-kata itu ada melodi, ada intonasi dan ketukan-ketukan. Jadi kita ambilnya dari situ,” pungkasnya.(Kms)