Palembang, Pelita Sumsel –Perhelatan pilpres 2019 telah berhasil menjadi sarana demokrasi yang menentramkan dan bernuansa sejuk dengan dipilihnya Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin menjadi cawapres oleh Presiden Jokowi. Anak muda Sumsel mengakui langkah Jokowi tersebut sebagai kontribusi positif bagi terwujudnya pilpres dalam nuansa fastabiqul khoirot. Persaingan tidak lagi akan berbasis SARA melainkan menjadi kompetisi berbobot saat mana adu rekam jejak dan adu program akan terjadi. Demikian disampaikan Ahmad Shufi, koordinator Kongkow Kaum Muda Sumsel kepada wartawan di Palembang siang tadi, (14/9).
Shufi menilai dipilihnya Kiyai Ma’ruf sebagai cawapres Jokowi merupakan langkah tulus untuk meredam terbelahnya ummat Islam pasca pilkada DKI Jakarta tahun 2017 silam. “Semua orang tahu peran Kiyai Ma’ruf saat itu. Kini Pak Jokowi memilihnya jadi pendamping, sudah tentu pertimbangan agar bangsa tidak terus terbelah diprioritaskan. Kita tentu mengapresiasi hal itu,” ujarnya.
Kiyai Ma’ruf Amin sendiri di mata Shufi dan peserta Kongkow Anak Muda Sumsel merupakan sosok ulama dan sesepuh yang dihormati. Menurutnya, tidak ada yang meragukan kedalam ilmu dan keulamaan Kiyai Ma’ruf. “Bahkan beliau adalah cicit dari Syeikh Nawawi Al-Bantani, ulama internasional yang amat disegani di Makkah dan pengarang banyak kitab yang sampai hari ini masih diajarkan di pesantren-pesantren. Jadi tentu kami, anak-anak muda, generasi milenial, menyambut baik penunjukan Kiyai Ma’ruf menjadi cawapres. Bagus untuk redakan tensi, baik untuk persatuan bangsa,” ujarnya.
Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin dipilih Jokowi menjadi cawapresnya melalui proses politik yang panjang dan alot. Ia diyakini menjadi jalan tengah bagi Koalisi Indonesia Kerja dan merupakan tokoh yang bisa diterima semua pihak. Pria lulusan Pondok Pesantren Tebu Ireng ini memulai kariernya di dunia dakwah dari bawah. Di dunia politik, Ma’ruf Amin juga punya pengalaman panjang. Selain pernah menjadi anggota parlemen, Ia juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden dan Ketua Majelis Ulama Indonesia.
Pria kelahiran Tangerang, Banten, 11 Maret 1943 ini lahir dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU). Mesantren di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur dan kuliah di Universitas Ibnu chaldun, Bogor, Jawa Barat. Ia memiliki keahlian di bidang ekonomi syari’ah dan dipandang mampu membantu Jokowi dalam memajukan Indonesia.(rilis)