Palembang, Pelita Sumsel-Serangkaian kasus sepekan ini tak bisa dilepaskan dari kasus kericuhan di Mako Brimob. Sebab saat itu bertebaran berita di media sosial soal perlakuan keji polisi kepada Napiter, mulai soal.melempar Alquran hingga pelecehan kepada istri napiter.
Berita-berita yang tidak dipertanggung jawabkan itu alias hoaks tersebar massif di grup-grup WA dan lainnya. Sebab pasca itu, di Mako ada penyerangan terhadap anggota polisi hingga tewas. Lalu polisi menangkap 2 wanita yang akan menyerang polisi.
Selain itu, Densus menangkap teroris di Cianjur dan Sukabumi. Mereka diidentifikasi akan menyerang Mako Brimob. Dan puncaknya serangan bom bunuh diri yang menyeramg gereja di Surabaya dan mapolresta Surabaya.
Tak hanya itu Densus juga menangkap dua teroris di Palembang. Menyikapi itu, Mantan Ketua PWNU Sumsel KH Amri Siregar menyatakan jika terorisme adalah musuh bersama. Karenanya masyarakat tidak boleh takut.
“Agama tidak mengajarkan membunuh sesama, jelas ini musuh kita bersama,” katanya.
Amri tak menampik salah sumber teror karena banyak berita-berita hoaks. Bahwa berdasar data Kominfo lebih 50 berita di media sosial hoaks. Karenanya masyarakat harus teliti berita di medsos.
Oleh sebab itu, langkah penertiban berita hoaks harus digencarkan. Gerakan melawan berita hoaks agar dimassifkan.
“Kapolri kita ini sebenarnya cerdas, beliau sudah tahu untuk meredam aksi teror, stop berita hoaks di masyarakat,” kata Amri.
Sebab dengan berita hoaks masyarakat awal mudah terporovokasi. Mereka kemudian mengamini apa yang diinginkan oleh penyebar hoaka untuk memecah belah umat dan masyarakat serta ancam NKRI.
Imbaun Tito kepada ulama dan tokoh masyarakat lainnya yang omongannya dapat mempengaruhi opini publik, agar dapat menyampaikan informasi yang akurat perlu didukung. Sampaikan berita secara akurat.
“Kalau datanya enggak akurat, enggak kredibel, sedangkan figurnya dipercaya, diikuti, didengar oleh publik, ini bahaya nanti miss, bisa menyebabkan apa namanya itu kegaduhan,” ujarnya.