Gambar_Langit Gambar_Langit

KH Nawawi Dencik : Penegakan Hukum Kita seperti di Negeri Kodok

waktu baca 3 menit
Jumat, 1 Des 2017 20:27 0 128 Redaktur Pelita Sumsel

Palembang, Pelita Sumsel – Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Badar Palembang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 1439 H, Rabu (29/11/2017) yang menhadirkan KH Kgs Ahmad Nawawi Dencik Al Hafidz, juga dihadiri sejumlah jajaran pengurus Yayasan Al Badar Palembang Darussalaam, diantaranya  KH Ahmad Idris Kailani, para ketua Rumah Tahfidz di Palembang, jajaran Pondok Pesantren Al-Fath Palembang, para ustadz/dzah dan  undangan lainnya, seperti Polsek Kemuning,  Danramil Palembang dan ratusan santri lainnya.

 

 

“Kegiatan ini merupakan rangkaian  Safari Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan Ponpes Al-Badar Palembang yang sudah dimulai  12 November 2017 atau bertepatan dengan 1 Robiul Awwal 1439 H di Masjid Agung Palembang. Kami juga mengundang kepada kaum muslimin dan muslimat untuk ikut menghadiri acara tersebut sebagaimana yang telah dijadwalkan,” Ungkap Pengurus Pompes Al Badar, KH Idris Kailani

 

KH Kgs Ahmad Nawawi Dencik Al Hafidz, saat memberi ceramah mengatakan “Melihat kondisi penegakan hukum seperti sekarang, saya jadi teringat kata Kiai Habib Ali Al Kaaf. Kata-kata beliau saya dengar tahun 70-an. Katanya, suatu ketika nanti negeri ini akan menjadi negeri kodok,”  Ungkapnya

 

KH Nawawi kemudian mengisahkan sebuah negeri yang dihuni warga kodok. Dalam satu hari di negeri kodok, ada warga kodok yang hilang. “Setiap hari pasti ada satu kodok yang hilang,” ceritanya

 

Ternyata, setiap malam ada seekor ular yang selalu memakan warga kodok. Sadar warganya setiap hari hilang, warga kodok kemudian melakukan istighosah.  Dalam doanya, warga kodok memohon kepada Tuhan agar ada diantara warganya bisa menjadi ular. Harapan mereka, dengan hadirnya ular yang mereka ciptakan, akan melawan ular si pemakan warganya.

 

Alhasil, salah satu kodok menjelma menjadi ular. Dalam dua bulan, suasana warga kodok aman. Tidak ada yang hilang. Tetapi memasuki bulan ketiga, kegaduhan kembali terjadi. Warga kodok kembali kehilangan warganya. “Kali itu, tidak lagi satu ekor, tetapi justeru dua ekor dalam setiap malam,” kisah KH Nawawi.

 

Usut punya usut, ternyata ular  pemakan kodok,  mengejek ular jelmaan kodok. “Kau sudah  tiga bulan tidak makan,  kito samoosamo lapar, cak mano kalu kito makan samo-samo bae,” seloroh KH Nawawi dengan bahas Palembang.

 

Ternyata, ular jelmaan dari  kodok dan ular asli sudah melakukan kompromi, hingga akhirnya, kodok jelmaan ikut juga memakan warga kodok. “Ular jelmaan kodok yang seharusnya menjaga keamanan warganya, ternyata bersekongkol dengan ular asli dan ikut makan kodok juga,” ujar KH Nawawi.

 

Kisah itu, menurut KH Nawawi pernah didengarnya tahun 70-an dari Kiai Habib Ali Al Kaaf. “Saya masih ingat dengan ujaran Kiai Habib Ali Al Kaaf. Negeri ini kelak akan menjadi negeri kodok, katanya. Dan faktanya sekarang. Ada saja oknum aparat dan pengelola negara yang seharusnya menjaga warga, ternyata ikut juga melakukan korupsi, atau melanggar tatanan negara. Ya sama dengan kisah kodok yang menjelma jadi ular, karena kedua ular sama-sama lapar akhirnya yang semestinya menjaga, malah berbalik  ikut juga makan warganya sendiri,” ujarnya.

 

Kisah yang diceritakan KH Nawawi, seiring dengan kenyataan yang terjadi di negeri ini. Aparat keamanan, pejabat negara yang seharusnya ikut menjaga aset negara, tetapi ada saja oknum yang akhirnya terjerumus dan ikut melakukan pelanggaran hukum. “Bagaimana mungkin hukum dan kebenaran akan ditegakkan kalau ternyata penegak kebenaran juga ikut melanggar, ini sama juga seperti kisah negeri kodok tadi,” tegasnya.

 

Lebih lanjut, KH Nawawi mengatakan menghadapi persoalan bangsa yang kian maju, kalangan muda harus dibekali agama, terutama harus pandai membaca Al-quran.  Meskipun belum hafal, tetapi bila membiasakan membaca Al-quran paling tidak  kesuciannya akan terjaga. “Sebab, setiap kali akan membaca Al-quran sudah pasti selalu diawali dengan berwudlu terlebih dahulu, sehingga akan terjaga kesucian fisiknya,” tambahnya. (ril)

 

Redaktur Pelita Sumsel

Media Informasi Terkini Sumatera Selatan

LAINNYA