Palembang, Pelita Sumsel-Buku Lestarikan Bumi dengan Komunikasi Lingkungan karya Dr. Yenrizal, MA dibedah oleh Staf Khusus Gubernur Sumsel Bidang Perubahan Iklim. DR. Najib Asmani dan Rizdki R. Sigit selaku GM. Mongabay.com pada Palembang melaunching Lembaga Kajian dan Pusat Studi Komunikasi Institute For Social Studies (ISS) yang dilaksanakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Raden Fatah Palembang di Lantai 3 Kantor Pusat UIN Raden Fatah Palembang, Sabtu (25/11).
Dr. Yenrizal, MA merupakan Wakil Dekan I Fisip UIN Raden Fatah yang aktif membahas masalah lingkungan. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor I UIN Raden Fatah Palembang, Dr. Ismail, M.Ag dan Dekan FISIP UIN Raden Fatah Palembang, Prof, Dr, H. Izzomidin, MA. ISS.
“Isi kandungan dalam buku yang ia tulis tersebut adalah, bagaimana manusia bisa menyadari dan melakukan komunikasi terhadap lingkungan untuk melestarikan bumi,” kata Dr. Yenrizal, MA usai kegiatan
buku ini, harap dia mampu menjadi referensi bagi masyarakat terutamanya mahasiswa yang sedang melakukan penelitian.“Buku ini tentang komunikasi lingkungan dan semoga dapat menjadi bahan bacaan yang mengedukasi bahwa lingkungan kita sudah mulai degradasi dan dibutuhkannya pemahaman materi tentang lingkungan yang berisikan kearifan lokal,” harap Yenrizal.
Dikatakan dia, Di Sumsel masalah lingkungan adalah masalah yang luar biasa seperti kabut asap dan sebagainya. “Saya memfokuskan bidang itu, bidang itu membahas praktek-praktek lingkungan yang ada di Sumsel , kita angkat sehingga masalah lingkungan dapat tersosialisasikan , untuk mengingatkan bahwa lingkungan ini milik bersama, adanya buku ini mengarah kesana dan setelah ini akan terbit buku satu lagi tentang nilai-nilai lingkungan hidup pada prasasti talang tuwo, yang akan kita launching paling lambat sebulan kedepan,” lanjut dia
.
isu lingkungan menjadi isu bersama, Ada reduksi atau penurunanlah dari yang dulu ke yang sekarang, dulu sangat arif sekarang tidak, itu mungkin ada korelasi yang tadi bahwa kelembagaan lokal enggak ada lagi, kalau ada kelembagan lokal seperti hutan marga yang erat dengan lingkungan sekarang tidak ada lagi sehingga sudut pandang lingkungan berbeda
“Sejarah Sumsel adalah sejarah masyarakat yang peduli dengan lingkungan terutama masyarakat perairan yang ramah di daerah lain belum ada yang memiliki prasasti yang berbicara tentang lingkungan seperti prasasti talang tuo di Sumsel .
“ Hanya prestasi Sriwijaya, prasasti talang tuo, itu artinya leluhur kita sudah bicara itu , ini harus di didorong kembali,” Pungkasnya (yf)